KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) berkomitmen memajukan industri perfilman nasional yang telah menunjukkan perkembangan positif dalam beberapa dekade terakhir. Berdasarkan laporan PWC dan LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, total pendapatan industri layar (film, animasi, dan video) diprediksi tumbuh dari Rp 90,9 triliun pada 2022 menjadi Rp 109,6 triliun pada 2027 mendatang. Riset ini juga menyebut, setiap peningkatan pendapatan industri layar sebesar Rp 1 triliun dapat menghasilkan dampak senilai Rp 1,43 triliun dalam bentuk output ekonomi, kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Rp 892 miliar, dan penciptaan 4.300 lapangan pekerjaan baru.
Direktur Musik, Film, dan Animasi, Kedeputian Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, Kemenparekraf/Baparekraf RI Mohammad Amin mengatakan, indikator positif di industri perfilman tidak hanya terlihat dari segi kualitas produksi dan inovasi genre, melainkan juga dari segi jumlah penonton dan semangat kolaborasi pelaku kreatif industri tersebut. "Kami optimistis industri film Indonesia akan terus berkembang dan menciptakan karya yang menginspirasi serta terus mengangkat potensi kreatif yang berasal dari nilai-nilai budaya Indonesia," terang Amin, Jumat (29/3).
Baca Juga: Pesan Sandiaga Untuk Film Badarawuhi di Desa Penari Kemenparekraf menyebut, sepanjang 2023 jumlah penonton film Indonesia mencapai rekor tertinggi yakni 54 juta penonton atau mengungguli capaian tahun 2019 sebesar 52 juta penonton. Sebanyak 20 judul film Indonesia mampu meraih 1 juta penonton atau lebih. Terbaru, pada awal 2024 film
Agak Laen mampu menembus 9 juta penonton. Terdapat empat dampak industri perfilman terhadap perkembangan ekonomi nasional menurut Kemenparekraf.
Pertama, dampak langsung berupa penjualan tiket, penciptaan lapangan kerja melalui produksi film, distribusi, dan pemasaran yang melibatkan banyak tenaga kerja, termasuk aktor, sutradara, kru produksi, dan lainnya.
Kedua, dampak tidak langsung suksesnya industri perfilman akan mendorong pertumbuhan industri pendukung seperti perusahaan produksi,
wardrobe, elektrikal dan lain-lain.
Ketiga, dampak induksi berupa pendapatan yang diterima oleh pekerja di industri perfilman dan industri pendukungnya yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Hal ini berpotensi mendorong konsumsi barang dan jasa lainnya, memberikan dampak positif pada sektor lainnya di ekonomi.
Keempat, dampak efek tumpahan mengingat film-film yang mendapat popularitas dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik dan internasional. Tempat-tempat syuting yang terkenal dapat menjadi destinasi wisata, meningkatkan kunjungan dan belanja wisatawan.
Baca Juga: Pendapatan Industri Perfilman Nasional Diprediksi Tembus Rp 110 Triliun "Selain itu, film merupakan media promosi yang efektif untuk mempromosikan sebuah destinasi pariwisata maupun sebagai aktivitas
leisure dan hiburan," imbuh Amin. Sebagai contoh, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), film 'Laskar Pelangi' (2008) telah meningkatkan jumlah wisatawan sebesar 29%. Pada 2019, nilai investasi yang telah masuk ke KEK Tanjung Lesung yang merupakan lokasi syuting film Laskar Pelangi mencapai Rp 9 triliun. Sebanyak 76% dari investasi tersebut berasal dari jaringan hotel internasional seperti Starwood Asia Pacific dan Accor Asia Pacific. Sejumlah upaya telah dilakukan Kemenparekraf untuk membantu kemajuan industri film nasional. Di antaranya adalah pemberian bantuan kepada sineas Indonesia melalui Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Film 2021 dengan total dana sebesar Rp 114 miliar untuk total 110 film panjang yang terbagi menjadi skema promosi untuk 22 film dan bantuan pra-produksi untuk 88 film. Selain itu, terdapat bantuan produksi karya film pendek melalui program Lensa Kreatif tahun 2022 untuk 151 Film pendek. Kemenparekraf pernah menggelar Festival Film Bulanan (Fesbul) 2022 untuk 20 film, serta mengirimkan 6 sineas ke Cannes Film Festival. Apresiasi film lokal juga dilakukan dengan aktivasi ruang kreatif dan publik melalui program Sinema Keliling dengan pemutaran film pendek terpilih di 10 daerah berbeda di Indonesia.
Baca Juga: Banyak Film Horornya, Daftar Film yang Tayang di Bioskop Akhir Pekan Ini Festival Film Bulanan (Fesbul) kembali berlanjut pada 2023 untuk 20 film dan pemerintah membantu mengirimkan 6 sineas ke Clermont-Ferrand International Short Film Festival. Salah satu film peraih penghargaan Fesbul 2023, yaitu
Basri and Salma in A Never Ending Comedy berhasil masuk ke dalam International Competition Grand Prix di Clermont-Ferrand, bersanding dengan film-film pendek dari negara lainnya.
Kemenparekraf turut membantu pemasaran film Indonesia lewat promosi film-film pada acara The Weekly Brief with Sandi Uno yang merupakan konferensi pers mingguan yang rutin dilaksanakan oleh Kemenparekraf. Pemasaran film juga dilakukan melalui
owned media Kemenparekraf, rekanan media di dalam negeri, pelaksanaan Kegiatan Nonton Bareng Film Indonesia, dan membantu menayangkan film-film Indonesia di festival luar negeri seperti MotelX di Portugal. Yang terbaru, Kemenparekraf membantu memfasilitasi pelaku film di pameran konten film terbesar di Asia, yaitu Hong Kong Int'l Film & TV Market (FILMART) yang berhasil mendapatkan potensi transaksi hingga Rp 250 miliar rupiah dalam bentuk distribusi, transaksi IP, dan co-production. "Selain itu, Kemenparekraf juga tengah mengusahakan skema
cash rebate untuk produksi film asing dan film Indonesia di destinasi pariwisata," tandas Amin. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati