KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri petrokimia di Indonesia dalam jangka panjang diyakini akan tetap cerah meski saat ini di pasar internasional tengah terjadi koreksi harga yang disebabkan melimpahnya pasokan yang berasal dari China maupun Amerika, khususnya produk ethylene. Direktur Industri Kimia Hulu Kemenperin Fridy Juwono menjelaskan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama di sektor petrokimia. Sehingga, semua pihak harus terus optimistis, agar industri petrokimia terintegrasi seperti yang sudah dimiliki negara lain, bisa terwujud. Apalagi, Indonesia masih memiliki cadangan total minyak bumi 3,3 miliar barrel, cadangan total gas bumi 135,55 Trillion Standard Cubic Feet (TSCF), dan cadangan total batubara 39,89 miliar ton.
Baca Juga: Kebutuhan Terus Naik, Iklim Investasi Bisnis Petrokimia Harus Dibenahi “Sumber daya alam tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk industri petrokimia dan sebagian besar sumber daya ini masih diekspor dan belum dimanfaatkan secara optimal di dalam negeri,” ujar Fridy dalam keterangannya, Kamis (3/10). Ia menambahkan, dengan jumlah penduduk sekitar 265 juta jiwa dan dukungan sumber daya alam sebagai bahan baku industri petrokimia, baik yang tidak terbarukan maupun terbarukan, Indonesia memiliki peluang untuk pengembangan industri petrokimia. Karena itu, ia berharap semua pihak untuk optimistis melihat potensi besar di sektor petrokimia. Kemenperin sebagai leading sector, mengajak semua pihak, bersama-sama mendorong industri petrokimia nasional. Apalagi, saat ini lebih dari 50% kebutuhan petrokimia nasional masih dipenuhi dari impor. Salah satu pelaku industri yang sangat diharapkan adalah TubanPetro Group, yang diharapkan segera mengoptimalkan fasilitasnya untuk mengutamakan produksi bahan baku industri yang lebih tinggi nilai tambahnya daripada memproduksi untuk BBM.