KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan pelaku industri yang tergabung dalam Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mengungkap prospek industri keramik nasional. Hal ini diungkapkan Kemenperin dan Asaki pada ajang The 32nd World Ceramic Tiles Forum (WCTF) 2025. WCTF 2025 diselenggarakan di Yogyakarta pada Senin (10/11/2025). WCTF didirikan pada tahun 1994 di Brussel - Belgia, sebagai forum pertemuan tahunan bagi para produsen ubin keramik. WCTF berfungsi sebagai wadah penting bagi asosiasi industri keramik dari berbagai negara untuk bertukar wawasan dan membahas kondisi industri. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Taufiek Bawazier hadir mewakili Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita memberikan sambutan dalam ajang WCTF 2025. Taufiek menyampaikan, industri keramik merupakan salah satu sektor unggulan yang memiliki potensi besar karena berbasis sumber daya alam lokal serta memiliki struktur keterkaitan dan kedalaman industri yang kuat.
Baca Juga: Target Utilisasi Produksi Keramik Turun Jadi 70%-75%, Ini Penjelasan Asaki Dengan kapasitas produksi sebesar 625 juta meter persegi per tahun, Indonesia saat ini berada di posisi lima besar produsen keramik dunia. "Kami optimistis dengan dukungan investasi dan kebijakan yang tepat, Indonesia akan mampu naik menjadi empat besar dunia dalam waktu dekat,” ujar Taufiek dalam keterangan tertulis yang disiarkan Senin (10/11/2025) malam. Taufiek memandang prospek industri keramik nasional masih menjanjikan. Pembangunan infrastruktur, properti, dan konstruksi yang masih terus meningkat menjadi faktor pendorong utama bagi industri keramik. "Apalagi tingkat konsumsi keramik Indonesia masih sekitar 2,2 meter persegi per kapita, lebih rendah dari negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. Artinya, ruang pertumbuhan pasar domestik masih sangat luas,” ungkap Taufiek. Produk keramik Indonesia bahkan telah diekspor ke berbagai negara dengan nilai ekspor mencapai US$ 31 juta pada periode Januari–Agustus 2025. Taufiek menyatakan bahwa selain memperkuat kapasitas produksi, pemerintah juga mendorong transformasi teknologi di sektor keramik. Langkah itu antara lain dilakukan melalui adopsi digital printing dan digital glazing agar mampu menghasilkan produk berukuran besar dengan presisi tinggi dan memenuhi standar mutu internasional. Taufiek melanjutkan, dari sisi investasi, sepanjang tahun 2020–2024, total realisasi investasi di sektor keramik mencapai Rp 20,3 triliun dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 10.000 orang. Saat ini, total nilai investasi sektor keramik telah mencapai Rp 224 triliun, yang turut menyerap sekitar 40.000 tenaga kerja di berbagai segmen rantai produksi. Untuk memperkuat iklim investasi, Kemenperin juga menyiapkan sejumlah kawasan industri strategis di wilayah Batang, Kendal, dan Semarang. Kawasan industri tersebut memiliki lokasi yang dekat pelabuhan utama, jaringan jalan tol, serta infrastruktur gas yang memadai. Kawasan-kawasan tersebut juga menawarkan berbagai insentif fiskal dan nonfiskal bagi investor domestik maupun asing.
Baca Juga: Asaki Proyeksikan Volume Produksi Keramik Naik jadi 335 Juta M² per Kuartal III 2025 “Pemerintah terus memberikan dukungan terhadap peningkatan daya saing industri keramik melalui kebijakan fiskal dan nonfiskal, efisiensi energi, serta penerapan Standar Industri Hijau. Langkah ini sejalan dengan target pencapaian industri net-zero emission pada tahun 2050,” ungkap Taufiek. Peluang dan Tantangan Industri Keramik Dalam keterangan terpisah, Ketua Umum Asaki Edy Suyanto membeberkan bahwa kinerja utilisasi produksi keramik nasional berada di level 72,5% pada periode Januari - Oktober 2025. Tingkat utilisasi produksi keramik naik dibandingkan semester I-2025 yang berada di level 71%. "Angka perbaikan tingkat utilisasi sesuai dengan prediksi Asaki, di mana peak season permintaaan keramik biasanya berada di semester kedua setiap tahun, khususnya bulan Agustus sampai dengan Desember," ungkap Edy dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (11/11/2025). Secara volume, Asaki memperkirakan produksi keramik pada periode Januari - Oktober 2025 mencapai sekitar 392,7 juta meter². Meningkat sekitar 16% dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Edy mengungkapkan bahwa peningkatan utilisasi dan volume produksi keramik terdorong oleh sejumlah faktor. Di antaranya adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ditanggung pemerintah, Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk kontraktor dan pengusaha bahan bangunan, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk 350.000 unit, serta substitusi produk keramik impor dari China. Meski secara operasional meningkat, tapi industri keramik nasional masih dibayangi sejumlah tantangan. Menurut Edy, tingkat utilisasi produksi keramik nasional pada tahun 2025 sebenarnya berpotensi mendaki ke level 80% - 85%. Estimasi tersebut berpotensi tercapai, jika didukung dengan kelancaran pasokan gas serta percepatan realisasi program 3 juta rumah. Selain itu, ada tantangan dari lonjakan impor produk keramik yang berasal dari Malaysia, Vietnam dan India. Masing-masing mengalami lonjakan sekitar 170%, 130% dan 120%. "Asaki saat ini sedang mengumpulkan data dan informasi-informasi terkait peningkatan lonjakan angka impor dari India, Vietnam dan Malaysia, sebagai indikasi awal terjadi unfair trade dan transhipment produk dari China untuk menghindari Bea Masuk Anti Dumping dan Safeguard," ungkap Edy. Selain itu, tantangan lainnya adalah gangguan pasokan bahan baku keramik yakni clay dan feldspar yang mayoritas berasal dari daerah Jawa Barat. Gangguan pasokan ini terjadi semenjak Gubernur Jawa Barat mencabut izin sejumlah pertambangan bahan baku tanah untuk keramik. Dengan berbagai tantangan tersebut, Asaki memproyeksikan tingkat utilisasi produksi keramik nasional sampai akhir tahun 2025 bisa berada di level 73%. Secara volume, total produksi keramik nasional diperkirakan mencapai sekitar 474,5 juta meter² atau tumbuh sekitar 15% dibandingkan total produksi 2024 yang sebesar 412 juta meter². Sedangkan untuk proyeksi tahun dengan, Asaki menargetkan tingkat utilisasi kapasitas produksi keramik nasional bisa mencapai 78% - 80%. "(Proyeksi utilisasi 2025 dan 2026) menunjukkan arah perbaikan dan pertumbuhan dibanding tahun 2024 di mana tingkat utilisasi produksi keramik nasional sebesar 66%," tandas Edy.
Baca Juga: Asaki Pangkas Target Utilisasi Industri Keramik Tahun 2025, Begini Penjelasannya Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News