KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendukung keberadaan pelaku industri kecil dan menengah (IKM), termasuk sektor tekstil dan pakaian jadi agar mampu bangkit dari tekanan dampak pandemi Covid -19. “Kita tahu IKM bisa lebih lincah berstrategi dengan memanfaatkan aset dan peluang yang ada,sehingga kinerja produktivitasnya dapat meningkat,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya Senin (7/6). Beberapa waktu lalu, Agus melakukan kunjungan kerja ke pabrik tekstil penenunan PT Santosa Kurnia Jaya, yang terletak di Jalan Solokanjeruk Majalaya, Kabupaten Bandung. Pabrik yang berdiri sejak 2009 tersebut memproduksi kain polos putih dengan kapasitas hingga 156.000 meter kain per bulan.
“Kami meninjau kondisi para pelaku IKM tekstil dengan mendengarkan langsung yang mereka butuhkan saat ini. Kemenperin bertekad untuk terus menciptakan iklim usaha yang kondusif, sehingga pelaku IKM di dalam negeri bisa bangkit kembali,” tuturnya.
Baca Juga: Ini sektor yang mampu bertahan dan bertumbuh selama pandemi Didukung sebanyak 139 tenaga kerja dan menggunakan 104 unit mesin tenun, PT Santosa Kurnia Jaya telah memasarkan produknya ke pasar lokal dalam bentuk jilbab dengan merek Rabbani, Elzata, dan Nibras. Sedangkan untuk ekspor, IKM tekstil tersebut memasok produk untuk dua produsen Jepang, yaitu Hattori Takeshi dan Toyoshima. Agus menyampaikan, ekspor tekstil dan produk tekstil perlu dioptimalkan kembali setelah terkena pukulan dampak pandemi Covid-19. Hal ini sejalan dengan optimisme dari pertumbuhan produksi dan permintaan manufaktur yang semakin menunjukkan angka positif. “Harapan positif terlihat dari angka purchasing managers index (PMI) manufaktur Indonesia yang saat ini berada di posisi tertinggi di Asia. PMI manufaktur Indonesia tembus ke level 55,3 pada Mei 2021, serta lebih tinggi dari negara-negara lain seperti Vietnam, India, China, dan Korea Selatan,” ujarnya. Maka itu, terang Agus, Kemenperin akan terus aktif mendukung pemulihan produktivitas IKM tekstil dan pakaian jadi. Salah satunya dengan memberikan berbagai fasilitas seperti restrukturisasi mesin, membuka akses pasar, dan memberikan pelatihan pemasaran online agar bisa mengejar pertumbuhan positif.
Agus menambahkan, untuk menjaga keberlangsungan proses produksi atau pengembangan industri, Kemenperin saat ini sedang menyusun peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 terkait pusat penyedia bahan baku dan/atau bahan penolong bagi IKM, khususnya yang diperuntukkan bagi IKM yang tidak dapat melaksanakan importasi sendiri, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing IKM. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi industri tekstil dan pakaian jadi mencapai 6,11% dari total PDB industri pengolahan nonmigas pada kuartal I-2021. Sementara itu, ekspor pakaian jadi sepanjang Januari-Maret 2021 mencapai US$ 1,94 miliar. Ekspor tersebut didominasi dari kelompok pakaian jadi jenis konveksi dengan nilai US$ 1,64 miliar, sedangkan sisanya merupakan ekspor pakaian jadi rajutan, perlengkapan pakaian dari tekstil, kaos kaki rajutan, serta pakaian dan perlengkapan dari kulit. Pada periode yang sama, ekspor industri tekstil tercatat sebesar US$ 1,06 miliar. Ekspor didominasi dari kelompok benang pintal dengan nilai US$ 0,42 miliar dan diikuti oleh ekspor serat stapel buatan USD0,21 miliar, dan barang tekstil lainnya US$ 0,14 miliar serta beberapa kelompok komoditas lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat