KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan industri pengolahan nonmigas masih konsisten memberikan kontribusi yang dominan terhadap capaian nilai ekspor nasional. Pada tahun 2023, ekspor sektor manufaktur menembus US$ 186,98 miliar atau menyumbang 72,24% dari total nilai ekspor nasional sebesar US$ 258,82 miliar. “Di tengah kondisi dunia yang sedang tidak stabil, industri kita tetap agresif untuk memperluas pasar ekspornya. Ini menandakan bahwa produk manufaktur kita telah berdaya saing sehingga diakui dunia,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam keterangannya, Rabu (17/1).
Agung menjelaskan, realisasi ekspor industri manufaktur selama Januari-Desember 2023 tersebut melampaui target yang ditetapkan, yang sebelumnya diproyeksi sekitar US$ 186,40 miliar.
Baca Juga: Dharma Polimetal (DRMA) Optimistis Genjot Pasar Komponen Kendaraan Listrik Untuk tahun 2024, Kemenperin menargetkan ekspor manufaktur dapat mencapai US$ 193,4 miliar. Berapa sektor yang menjadi penyumbang paling besar terhadap capaian nilai ekspor industri manufaktur nasional antara lain industri logam dasar, industri makanan, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia, industri kendaraan bermotor, trailer dan semitrailer, industri komputer, barang elektronik, dan optik, serta industri kertas dan barang dari kertas. “Kinerja ekspor yang melaju ini tentunya berperan besar terhadap pembentukan neraca perdagangan industri manufaktur menjadi surplus sebesar US$ 17,39 miliar. Ini artinya melanjutkan capaian surplus pada tahun 2022 lalu,” tuturnya. Menurut Agus, tren positif ini mengukuhkan industri manufaktur nasional sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Oleh karena itu, pemerintah benar-benar fokus dan memberikan perhatian lebih untuk membangkitkan kembali performa industri manufaktur, dengan memperkuat sinergi di antara para pemangku kepentingan terkait dalam melaksanakan berbagai kebijakan strategis. Industri manufaktur nasional bertaji di kancah global, juga ditunjukkan dari laporan Safeguard Global yang menyebutkan, Indonesia masuk 10 besar penyumbang produk manufaktur dunia, yang sekaligus satu-satunya negara ASEAN di dalam daftar tersebut. Berdasarkan publikasi tersebut, Indonesia berkontribusi sebesar 1,4 persen kepada produk manufaktur global. Posisi prestisius ini merupakan kenaikan yang berarti, karena pada empat tahun yang lalu, Indonesia masih berada di posisi 16. Sepanjang Januari-Desember 2023, pangsa pasar ekspor industri pengolahan Indonesia masih terkonsentrasi di negara Tiongkok dengan share 23,60%, disusul Amerika Serikat (12,25%), dan India (6,33%).
Baca Juga: BYD Ikuti Jejak Sejumlah Pabrikan Otomotif Global yang Investasi di Indonesia Pada tahun 2024, diprediksi aktivitas ekonomi global masih menghadapi risiko dan ketidakpastian, tercermin pada proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global oleh berbagai lembaga internasional yang juga diikuti oleh moderasi harga komoditas. Hal ini secara langsung akan memberikan pengaruh terhadap aktivitas perdagangan Indonesia pada Tahun Naga Kayu. “Oleh karena itu, pemerintah akan terus memantau dampak dari kondisi global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah-langkah yang antisipatif melalui keberlanjutan kebijakan strategis seperti hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk manufaktur yang berorientasi ekspor, serta melakukan diversifikasi negara mitra dagang utama atau membidik negara nontradisional sebagai tujuan pasar ekspor,” paparnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi