Kemenperin: Pertumbuhan ekonomi Jateng bisa 7% dengan relokasi industri dari China



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan agar Jawa Tengah menjadi salah satu pusat industri. Targetnya selama lima tahun ke depan, konversi nilai investasi yang datang ke Jawa Tengah sebesar Rp 774 triliun atau target pertumbuhan ekonomi 7% melalui relokasi industri asing ke Provinsi tersebut. Direktur Perwilayahan Industri Kemenperin Ignatius Warsito mengatakan berbagai lokasi yang kini dipertimbangkan. Sektor industri yang digarap juga masih dipertimbangkan. “Tak hanya relokasi tekstil, ada juga furniture dan baja, perikanan juga masuk dari negara asing,” katanya kepada Kontan.co.id pada Rabu (18/9).

Baca Juga: Kemenperin usul PPN impor kakao jadi 0% Ada beberapa daerah yang kini dipertimbangkan seperti Kendal, Brebes, dan Magelang. Selain itu, ada pula usulan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah agar setiap Kabupaten bisa meningkat termasuk wilayah Tengah dan Selatan dari Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Perindustrian melihat bahwa yang paling penting dari relokasi yakni adanya kesiapan infrastruktur di sekitar kawasan tersebut. Misalnya jalan tol, pelabuhan dan bandara yang bisa diakomodir oleh Bandara Kulonprogo. Biaya logistik juga musti jadi pertimbangan. Ignatius khawatir, beban Pelabuhan Tanjung Mas sehingga investasi di sektor logistik juga sedang dipertimbangkan. “Sudah ada komunikasi ke China juga, bagaimana supply chain termasuk tidak semua bahan baku bisa disiapkan dalam negeri,” katanya.

Baca Juga: Industri pengolahan kakao sumbang devisa hingga US$ 1,13 miliar Untuk pelabuhan, pihaknya akan mencari investor swasta yang ingin mengembangkan pelabuhan untuk mendukung keberlangsungan industri di Jawa Tengah itu. Soal kebutuhan lahan, kata Ignatius, untuk tekstil kebutuhannya 200 hingga 300 hektare per klaster, baja 300 – 400 hektare per klaster, dan furniture sekitar 300 hektare.


“Perlu harmonisasi antar pusat dan daerah termasuk antar Kementerian dan Lembaga,” ujar Ignatius. Sebab daya dukung listrik, air, kesiapan tenaga kerja, serta infrastruktur pendukung musti diperhatikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini