Kemenperin Rajin Perluas Akses Pasar IKM Kriya dan Fesyen



KONTAN.CO.ID - Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk terus meningkatkan daya saing sektor industri kecil dan menengah (IKM), termasuk industri kriya dan fesyen yang merupakan subsektor industri kreatif. Upaya yang telah dilakukan, antara lain sejak tahun 2015 Kemenperinmendirikan Bali Creative Industry Center (BCIC) sebagai pusat pengembangan industri kreatif dan inovasi unggulan dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa sebagai pendorong kesejahteraan masyarakat.

Gunameningkatkan pangsa pasar produk lokal kriya dan fesyen sehingga bisa naik kelas, Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA)Kemenperinmelalui BCIC memberikan fasilitasi pemasaran dengan pembukaan Toko Produk Kreatif di pusat perbelanjaan Gandaria City Jakarta selama tiga bulan pada Oktober hingga Desember 2022.

“Melalui pembukaan toko ini, pelaku industri kreatif kriya dan fesyen bisa meningkatkan akses pasar ke konsumen di Ibu Kota (Jakarta) dan berinteraksi langsung dengan konsumen, sehingga konsumen yang selama ini hanya bisa melihat produk secara online bisa melihat langsungbahkanmencoba produk mereka,” kata Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita di Jakarta, Jumat (2/12).


Fasilitasi ini diberikan kepada 16 IKM tenant BCIC yang merupakan para peserta program Creative Business Incubator (CBI) tahun 2018-2019. CBI merupakan salah satu program BCIC yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas wirausaha muda kreatif bidang fesyen dan kriya sehingga dapat naik kelas. CBI ditargetkan untuk pemilik brand lokal yang sudah menjalankan usaha minimal 1 (satu) tahun dengan usia di bawah 35 tahun.

“Melalui CBI, para IKM kreatif ini dilatih dan dibimbing agar bisnisnya dapat berkembang dan naik kelas. Outcome dapat dilihat dari bagaimana pemilik usaha ini sukses meningkatkan kapasitas produksi mereka, bahkan 50 persennya sukses menambah pekerja, ada pula yang berhasil naik tingkat dari bisnis skala mikro menjadi skala kecil, dan tenant yang skala kecil meningkat jadi skala menengah,” ungkap Reni.

Agar peningkatan kapasitas pemilik usaha tak terhenti, Ditjen IKMA membuka akses pasar para tenant dengan memfasilitasi pemasaran produk kreatif mereka di Toko Produk Kreatif Bernama “Mutual Space”. Di toko ini, para tenant juga secara bersama mengelola toko, mulai dari pengaturan pengiriman produk, display, penjaga toko, hingga transaksi jual beli.

“Sedangkan Direktorat IKMA hanya memfasilitasi penyediaan lahan dan perlengkapan display. Melalui mekanisme seperti itu, diharapkan mereka akan bisa lebih mandiri ke depannya dan secara bersama bisa membuka toko kolektif sendiri,” ucap Reni.

Adapun 16 tenant yang difasilitasi berasal dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta,dan Jawa Timur. Produk yang dipasarkan antara lain berupa pakaian anak, perhiasan, baju muslim, pakaian ramah lingkungan (shibori), batik, tenun, jam tangan,dan aksesoris fesyen.

Ke-16 brand yang tampil di Mutual Space tersebut adalah Mehr Hijab, Aldebaran Wear, Wisticy.Outfit, Kama Store, Alive Jewelry, Jakahong, Baharessa Studio, Seratan Goods, Batik Sekar Tunjung, Eboni Watch, Bigissimo, Waiki, lyab Baby, Little Two, Dara Manisku dan Peapepo.

Melalui Toko Produk Kreatif Mutual Space ini, Reni berharap produk lokal dapat terus tumbuh dan semakin digemari masyarakat. Tak hanya itu, denganGerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, Reni jugamengajak masyarakat mengutamakan membeli produk industri kecil dan menengah dari tangan-tangan perajin dan wirausaha kreatif Indonesia.

“Dengan membeli produk lokal, diharapkan Indonesia akan bisa terus tumbuh meskipun dibayangi oleh prediksi resesi tahun depan. Sebagaimana yang kita ketahui pada krisis sebelumnya, IKM bisa menjadi kantong penyelamat untuk terhindar dari krisis. Ayo kita belanja produk lokal di Toko Kreatif Mutual Space yang berlokasi di Gandaria City Jakarta lantai upper ground hingga akhir tahun ini,” paparnya.

Baca Juga: Kinerja Mulus Industri Kulit Nasional, Tanzania Belajar dari Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti