KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam proses menyusun peta jalan (roadmap) hilirisasi pasir kuarsa di Indonesia. Dalam beberapa kesempatan pihaknya sudah mengajak pengusaha berdiskusi dan pembahasan antar Kementerian dan Lembaga terus bergulir. Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam Kementerian Perindustrian, Wiwik Pudjiastuti menjelaskan saat ini peta jalan hilirisasi pasir kuarsa masih dalam proses. “Kami sudah beberapa kali pembahasan dengan beberapa Kementerian dan Lembaga (K/L) terkait,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (31/10).
Wiwik belum bisa memerinci target selesainya peta jalan tersebut sebab posisi sekarang masih tahap penyusunan dan pembahasan. Dalam catatan sebelumnya, penyusunan Rencana Aksi Kebijakan Hilirisasi KomoditasSilika/Kuarsa dimulai pada tahun ini dengan penyusunan draf Roadmap Hilirisasi Silika menjadi Wafer Silikon Tahun 2025 – 2035 dalam Rangka Kemandirian Industri PVModule & Semikonduktor. Kemudian di tahun depan, Kemenperin akan melakukan finalisasi penyusunan Roadmap Hilirisasi Silika menjadi Wafer Silikon Tahun 2025 - 2035, dilanjutkan dengan penyusunan peraturan Menteri Perindustrian terkait roadmap tersebut.
Baca Juga: Pengusaha Tambang Pasir Kuarsa Mengaku Sulit Dapat Izin Pertambangan Dari sisi pengusaha, Ketua Umum Himpunan Penambang Kuarsa Indonesia (HIPKI), Ady Indra Pawennari menyatakan dalam penyusunan roadmap hilirisasi kuarsa pihaknya baru sekali dilibatkan oleh Kementerian Investasi/BKPM dalam sebuah focus group discussion (FGD). “Arah pengembangan belum ditetapkan masih pada tataran pengumpulan data dan informasi,” ujarnya saat dihubungi terpisah. Tetapi Ady mengakui informasi dari HIPKI cukup banyak membantu Kementerian Investasi/BKPM dalam memetakan persoalan hulu, yakni perizinan dan bahan baku. Begitu juga soal penetapan harga patokan mineral di daerah yang berbeda-beda antara pemerintah provinsi yang selisihnya sangat jomplang sehingga berpengaruh pada pengenaan pajak daerah yang harus dibayar oleh pengusaha ke kas daerah. Sebelumnya, Kemenperin menyampaikan komoditas silika memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai bahan baku industri semikonduktor. Staf Ahli Bidang Penguatan Kemampuan Industri Dalam Negeri, Ignatius Warsito menjelaskan, Indonesia perlu mendorong pengembangan industri hulu dan industri antara melalui hilirisasi silika menjadi wafer silikon berbasis Solar Grade Silicon (SGS) dan Electronic Grade Silicon (EGS). “Wafer silikon merupakan material building block bagi industri semikonduktor dan sel surya, namun saat ini industri yang mengolah silika hingga menjadi wafer silikon solar grade belum tersedia di Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi Sabtu (16/9). Hilirisasi silika menjadi wafer silikon diharapkan mendukung kemandirian industri photovoltaic (PV) module dan semikonduktor dalam negeri. Untuk mencapai pengembangan hilirisasi silika menjadi wafer silikon, perlu dilakukan beberapa kegiatan penunjang, seperti penyusunan roadmap industri wafer silikon dan pembuatan pohon industri secara komprehensif. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, di Indonesia terdapat 328 perusahaan pencadangan pasir silika, 98 pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), 82 Pemegang IUP Eksplorasi dengan realisasi penambangan pasir silika pada 2021 sebesar 2,01 juta meter kubik, dan 330 juta ton total cadangan.
Baca Juga: Pemerintah Berencana Evaluasi Perizinan Pasir Kuarsa, Begini Tanggapan HIPKI Adapun lokasi potensial tambang pasir silika ada di Bangka Belitung, Kalimantan tengah, dan Kalimantan Barat, dan tidak menutup potensi-potensi di tempat lainnya. Sedangkan Kuarsit total sumber dayanya sebesar 297 juta ton dan lokasi utama potensi penambangannya ada di Aceh.
Berdasarkan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) Kemenperin, saat ini tercatat ada 21 perusahaan pengolahan pasir silika dengan kapasitas terpasang 738.536 ton per tahun (tpy) dengan realisasi volume produksi dari sembilan perusahaan pada tahun 2022 sebesar 404.755 ton. Dari sembilan perusahaan yang tersebar di Jawa dan Kalimantan tersebut, utilisasinya sebesar 68,48%. Sedangkan untuk jenis produknya, masih diminati pasir silika, tepung silika dan resin coated sand Dari sisi potensi bahan baku industri PV dan semikonduktor, data BPS tahun 2022 menyebutkan potensi nilai substitusi impor untuk Wafer Silikon mencapai US$ 17,7 Juta USD, US$ 120 Juta produk semi konduktor, US$ 6,2 juta untuk solar cell tidak dirakit, dan mencapai US$ 65,9 Juta untuk solar cell dirakit. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari