Kementan Dorong Petani Muda Tingkatkan Kompetensi Lewat Smart Farming



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kementan) terus berfokus pada regenerasi petani dan pengembangan wirausaha pertanian melalui Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS), yang bekerja sama dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD). 

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menekankan pentingnya dukungan dari SDM pertanian yang produktif untuk meningkatkan produksi pangan strategis.

Plt Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, menegaskan bahwa regenerasi petani adalah keharusan. "Petani milenial berperan penting dalam pembangunan pertanian Indonesia, baik saat ini maupun 10-20 tahun ke depan," ujarnya dalam siaran pers, Senin (5/8).


Baca Juga: Kementan Lakukan Optimasi Lahan Food Estate Merauke

Untuk mendukung petani muda di Kalimantan Selatan (Kalsel), SMK-PPN Banjarbaru sebagai Provincial Project Implementation Unit (PPIU) Kalsel, mengadakan studi banding bagi petani muda cabai ke Jawa Timur pada 28-31 Juli 2024. Kegiatan ini bertujuan untuk mempelajari praktik sukses dalam pertanian modern.

Kepala SMK-PPN Banjarbaru, Budi Santoso, menjelaskan bahwa studi banding ini mengajak petani muda belajar dari pengalaman sukses di P4S Pujon Kidul. "Peserta diharapkan dapat menerapkan smart farming dan smart greenhouse serta mencari solusi terkait pupuk dan permodalan," katanya. 

Selain itu, para peserta juga mendapatkan pengetahuan tentang korporasi dan pembinaan petani muda di Polbangtan Malang bersama Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana. Mereka juga mengunjungi petani cabai dan paprika serta koperasi petani milenial di Pasuruan.

Budi Santoso berharap petani muda Kalsel dapat menerapkan pertanian yang efektif, efisien, dan menguntungkan. Ia menambahkan, petani bisa mencari modal melalui CSR, KUR, atau Bank Indonesia, serta berhubungan dengan BPP dan Dinas Pertanian. 

Baca Juga: Respons Perubahan Iklim, Polbangtan Kementan Proteksi Kesehatan Hewan dan Tanaman

"Bisnis cabai sangat menjanjikan jika dijalani dengan baik. Kelangkaan pupuk tidak seharusnya menjadi penghalang karena pupuk organik dapat dimanfaatkan," ujarnya.

Ika Kurniasih, salah satu peserta studi banding, mengungkapkan kegiatan ini sangat bermanfaat bagi petani yang masih membutuhkan pengetahuan dalam bertani. 

"Kegiatan ini membuka wawasan bagaimana agar petani Kalsel tidak hanya mengerti budidaya tetapi juga memahami dan dapat mengimplementasikan agribisnis dari hulu hingga hilir," tuturnya.

Ia berharap studi banding ini dapat menginspirasi dan memotivasi petani muda Kalsel untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pertanian, sehingga mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli