KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era yang semakin maju memberikan banyak tantangan. Terlebih di era modern yang lebih menekankan pada penguasaan teknologi. Walhasil, generasi muda harus menguasai pertanian masa kini sesuai koridor yang modern dengan pemanfaatan sistem teknologi dan mekanisasi. Sistem ini sangat relevan, terlebih saat ini adalah eranya Revolusi Industri 4.0, dimana seluruh perangkat yang ada sudah didukung
artificial intelligence. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan bahwa Kementerian Pertanian terus berupaya mengubah wajah sektor pertanian, dengan mengandalkan para petani milenial dan pemanfaatan teknologi digital.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi tentang pentingnya pertanian sebagai sektor prioritas dengan jumlah pintu pasar paling banyak di dunia.
Baca Juga: Produk Banjarnegara Tembus Pasar Global, Mendag Zulkifli Lepas Ekspor Mocaf ke Turki "Pertanian adalah sektor terpenting, untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat sekaligus menjaga stabilitas nasional," katanya dalam siaran pers, Sabtu (5/11). Seiring perkembangan zaman, kata Dedi Nursyamsi, semua pihak diminta aktif mengembangkan pertanian berbasis teknologi atau
smart farming. Dalam upaya mewujudkan hal itu, Kementan menjalin kerjasama dengan Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs (MAFRA) dan
Korea Agency of Education, Promotion and Information Service in Food, Agriculture, Forestry and Fisheries (EPIS) untuk penerapan
K-Smart Greenhouse di Indonesia. Lokasi pembangunan
green house berada di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) dalam hal ini Polbangtan Bogor di Jawa Barat dan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan di Jawa Timur. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan
workshop daring yang dilaksanakan pada Januari 2022, pihak EPIS mengundang pengelola
K-Smart Greenhouse tersebut untuk mengikuti kegiatan
invitational workshop di Seoul, Korea Selatan selama enam hari.
Baca Juga: Pandemi Berakhir, IoT Menjadi Andalan Solusi Pemecahan Masalah Masyarakat Kegiatan tersebut diikuti oleh dua dosen dari Polbangtan Bogor, empat widyaiswara dari BBPP Ketindan, delapan petani milenial dan satu orang perwakilan dari Biro Kerjasama Luar Negeri (KLN) Kementan. Rombongan tiba di Seoul pada 16 Oktober lalu dan langsung mengikuti kegiatan orientasi dan menyampaikan
country report. Dilanjutkan keesokannya harinya, kegiatan invitational training yang resmi dibuka oleh EPIS. Peserta mendapat materi-materi terkait Korea Selatan dan perkembangan pertaniannya. Selanjutnya, peserta mengikuti kegiatan field trip selama tiga hari dan berkunjung ke
Gimje Smart Farm Valley, Sejong Fresh Market, Pyeongchang Greenhouse, Seoul Nasional University (Pyeongchang campus), Culti Labs, dan
Anseong Nonghyup. Baca Juga: Merontokkan Asam Urat Sampai Kolesterol, Ini Manfaat Mengkudu untuk Kesehatan Setelah tuntas mengunjungi semua lokasi, peserta diminta menyusun
action plan tentang rencana kerja yang akan diterapkan di Indonesia. Peserta antusias mengikuti semua kegiatan pelatihan. Intan Kusuma Wardani, dosen Polbangtan Bogor mengapresiasi kegiatan tersebut, karena dapat melihat langsung kemajuan teknologi pertanian di Korea Selatan, seraya berharap dapat diterapkan di Indonesia. Kegiatan invitational training tersebut rencananya akan dilakukan setiap tahun selama program kerjasama. Ke depan, peserta pelatihan akan dibekali pengetahuan yang lebih mendalam terkait penerapan
K-smart technology dan pengembangan pasar di negara tujuan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli