Kementan Lakukan Optimasi Lahan Food Estate Merauke



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kementan) tengah melakukan optimasi lahan food estate padi di Kabupaten Merauke Papua Selatan.

Hal ini sebagai salah satu upaya memperkuat ketahanan pangan nasional.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, Kementan akan melakukan optimasi lahan seluas 40.000 hektare pada tahap awal. Dari luas tersebut, 10.000 hektare lahan telah dilakukan optimasi lahan dan sebagian sudah panen.


"Itu sebagian sudah panen karena kita olah terus, olah tanam, olah tanam. Kita sudah 5 bulan di sana. Setelah panen kita olah lagi, tanam lagi," jelas Amran ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (1/8).

Baca Juga: Empat Ruas Inpres Jalan Daerah di Provinsi Papua Telah Selesai

Amran menambahkan, Kementan saat ini fokus agar sawahnya bisa jadi dan berproduksi. Kementan mengupayakan agar masa tanam yang sebelumnya dilakukan satu kali bisa menjadi dua kali sampai tiga kali masa tanam.

"Sekarang ini potensi per hektare saja 6 ton -7 ton dulu, ke depan bisa 8 ton," ucap Amran. 

Ke depan, food estate Merauke kemungkinan akan diusulkan menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK). BUMN pangan disebut akan menjadi leader dalam pengembangan ketika food estate sudah ditetapkan menjadi KEK.

"Itu nanti beberapa perusahaan yang ikut. BUMN nanti yang jadi leader-nya BUMN pangan. Nanti kita lihat ke depan," kata Amran. 

Guru Besar Teknologi Hasil Pertanian, Unika Santo Thomas Medan Posman Sibuea mengatakan, desain program food estate sebagai KEK harus melalui perencanaan yang matang. 

Hal itu juga perlu diintegrasikan dengan konstruksi berpikir yang dihasilkan dari riset universitas, usaha industri, dan masyarakat lokal  sebagai pemangku kepentingan.

Sebelumnya, Presiden Jokowi berkunjung ke Desa Telaga Sari, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan, pada Selasa, 23 Juli 2024. 

Kunjungan ini bertujuan untuk meninjau langsung simulasi penggunaan teknologi pesawat nirawak atau drone dalam penyebaran pupuk di hamparan sawah seluas 40.000 hektare.

Baca Juga: Wamentan Sudaryono Bakal Upayakan Peningkatan Produktivitas Pangan

Simulasi drone tabur pupuk tersebut merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep pertanian pintar (smart farming).

Roni, Kepala Balai Pelatihan Pertanian menyebut bahwa pertanian pintar berbasis internet of things di mana segala keputusan dieksekusi menggunakan jaringan internet.

"Lalu untuk mewadahi itu kita buat bahasa pemogramannya bahasa Android sehingga bisa di handphone," ujar Roni.

Selain penggunaan pesawat nirawak untuk tabur pupuk, Roni juga mengatakan bahwa smart farming memiliki banyak manfaat nyata bagi para petani. 

Mulai dari pengendalian jarak jauh, automatic weather station, mengetahui suhu udara, curah hujan, kelembapan arah angin, kecepatan angin, sinar matahari, fluktuasi dan lainnya. 

Menurut Roni, dengan menggunakan smart farming, dapat dilaksanakan kegiatan penyiraman dan mengontrol kelembaban tanah yang batasnya 30%. 

"Di bawah itu berarti tanah kering, siram. Kalau 30% ke atas tanah itu basah, tidak perlu disiram. Begitu juga pupuk eksekusi kita masukan ke program kita lalu bisa dieksekusi di handphone," jelas Roni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi