Kementan Sanggupi untuk Penuhi CBP 600.000 Ton dari Dalam Negeri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Pertanian (Kementan) untuk memenuhi kebutuhan cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 600.000 ton. Harapannya, beras bersumber dari produksi dalam negeri.

Nantinya Bulog akan membeli beras tersebut dengan harga komersial. Komisi IV DPR RI memberi waktu pemenuhan jumlah tersebut selama 6 hari kerja sejak rapat dengar pendapat hari ini dilakukan.

"Jika dalam 6 hari sejak rapat dengar pendapat ini tidak terpenuhi maka data yang diyakini dari Kementerian Pertanian tidak valid," kata Ketua Komisi IV DPR Sudin, dalam RDP Bersama Kementan, Bulog dan Badan Pangan Nasional, Rabu (23/11).


Baca Juga: Cadangan Beras Pemerintah Belum Terpenuhi, Dirut Bulog Sebut Penyebabnya

Sekretaris Jenderal Kementan Kasdi Subagyo menyatakan kesanggupan pihaknya untuk memenuhi hal tersebut. "Sanggup," kata Kasdi.

Permintaan kesanggupan tersebut usai sebelumnya, Bulog mengatakan bahwa janji Kementan untuk membantu pemenuhan CBP belum terealisasi. 

Dimana Dirut Bulog menyebut bahwa stok beras di lapangan tidak ada, maka serapan CBP belum maksimal. 

Hal ini bertolak belakang dengan klaim Kementan bahwa stok di lapangan tersedia.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi menyangkal hal tersebut. Ia menegaskan bahwa pasokan selama empat tahun ini aman.

"Sampai hari ini juga aman. Pengertian stok yang dimaksud adalah stok yang ada di penggilingan, ada di pedagang atau di rumah tangga dan seterusnya," kata Suwandi.

Suwandi mengatakan, bahwa stok tersedia. Hanya saja masalah yang terjadi di lapangan ialah spesifikasi beras dengan harga tidak cocok antara penggilingan dengan Bulog.

Baca Juga: Rencana Impor Bulog Dipertanyakan

"Kondisi di lapangan terima kasih Dirut Bulog menyampaikan membeli Rp 10.200 tetapi di lapangan ada spek-spek (spesifikasi). Kami juga turun di lapangan yang Sulsel di Jawa Barat, Yogya, Jawa Timur. Di lapangan, fenomena memang barang ada tetapi penggilingan jual ke swasta, tidak ke Bulog, itu masalah lapangan. Itu variasi di lapangan," jelasnya.

Ia menegaskan barang ada di penggilingan, di rumah tangga, pedagang dan sebarannya sesuai data-data yang ada di Bulog.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi