Kementan: Sulit untuk wujudkan swasembada daging



JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kementan) akui swasembada daging sulit dicapai. Pasalnya, peternak rakyat saat ini belum menjadikan berternak sapi sebagai sumber mata pencaharian utama.

Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan, peternak sapi Indonesia bukan 100% bisnis based. Banyak peternak yang hanya hobi memelihara sapi dan jumlahnya tidak banyak, sekitar dua sampai empat ekor saja.

Idealnya, peternak sapi menerapkan bisnis dengan bertahap. Maksudnya, peternak secara bertahap memotong sapi pada umur yang tepat dibarengi dengan penambahan sapi yang teratur. Peternak pun saat menjual sapi miliknya bukan karena faktor ekonomi melainkan berdasarkan situasional.


Disisi lain apa yang diperhitungkan pihaknya untuk kalkulasi swasembada daging ternyata tidak selaras dengan apa yang terjadi di lapangan.

Rusman mengatakan dasar yang dipakai adalah sensus BPS soal jumlah populasi sapi 2011 sekitar 14,8 juta ekor. Lalu dihitung potensi sapi yang bisa dipotong setiap tahun.

"Kita menggunakan model Cohort, di amati flownya sehingga ada potensi sapi  yang bisa dipotong tingkat produksinya sekian mulai dari 2011-2015. Roadmapnya kan sampai lima tahun. Nah ternyata apa yang diperhitungkan didalam kalkulasi itu tidak seperti apa yang terjadi di lapangan," ujar Rusman kemarin Senin (6/10).

Rusman mengaku pihaknya prihatin progam swasembada ini justru malah tidak naikkan populasi sapi. Sementara impor sapi karena menggunakan referensi harga makin membuat berat untuk mencapai swasembada daging.

Ia mengungkapkan setelah impor dilonggarkan aturannya, harga sapi tidak menurun.Menurut Rusman, daging impor otomatis masuk ke pasar dan kemungkinan ditahan oleh spekulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto