Kementan tak setuju pemangkasan suplai DOC



JAKARTA. Siapa sangka, kebijakan pemangkasan suplai anak ayam umur sehari atau day old chick (DOC) yang berlaku saat ini ternyata tidak direstui oleh Kementerian Pertanian (kementan). Kebijakan tersebut dinilai tidak efektif lantaran hanya dilakukan di wilayah Jawa saja.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) Syukur Iwantoro sangat tidak setuju dengan kebijakan pemotongan suplai tersebut DOC tersebut, lebih-lebih impor grand parents stock (GPS) yang jumlahnya dibatasi.

Syukur menambahkan, pemotongan suplai DOC tersebut tidak akan berjalan efektif bila pengawasannya tidak diatur dengan ketat. Persoalannya, yang dilakukan pemotongan suplai tersebut semuanya tersentral di pulau Jawa saja. Padahal, perusahaan pembibitan besar, banyak juga cabangnya yang ada di luar Jawa. 


Meski tidak merinci, Syulur bilang jumlah perusahaan pembibitan yang ada mencapai 200 cabang. Syukur sendiri mengkritik pola pengawasan dari kebijakan pemangkasan suplai DOC tersebut. "Pengawasan belum mampu. Harus dimonitor," kata Syukur. 

Syukur khawatir, bila kebijakan pemotongan suplai DOC terus dilakukan dan volume impor GPS dibatasi swasembada daging ayam yang saat ini sudah tercapai akan kembali memudar. Mengutip data Kementan, potensi produksi DOC tahun ini mencapai 2,4 miliar atau sekitar 47 juta ekor per minggu. "Swasembada daging ayam jangan dicegah-cegah. Kalau berlebih cari pasarnya," ujar Syukur.

Sebelumnya, Muhammad Lutfi Menteri Perdagangan mengatakan, pengaturan suplai DOC tersebut adalah sebagai upaya pemerintah untuk menjaga agar harga daging ayam dan telur terjaga dan tidak merugikan peternak. "Kita sudah lihat, sifat harga ayam itu minggu pertama (ramadhan) langsung turun, ini akan turun terus dan terjun bebas setelah lebaran," kata Lutfi.

Berdasarkan perhitungan Kementerian Perdagangan (Kemendag), idealnya harga ideal untuk daging ayam agar tidak memberatkan peternak dan konsumen berada dikisaran Rp 28.000 per kilogram (kg)-Rp 31.000 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto