KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mencapai swasembada beras di tahun ini, Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan pencapaian swasembada komoditas jagung di tahun 2023. Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementan Moh. Ismail Wahab mengatakan target tersebut bahkan sudah disampaikan Menteri Pertanian (Mentan) dalam rapat kerja bersama DPR RI beberapa waktu lalu. "Tahun depan kita targetkan swasembada jagung. Karena tahun ini kita sudah swasembada beras, dan
insyaAllah tahun depan kita bisa swasembada jagung mudah-mudahan kondisi iklimnya seperti yang sebelum-sebelumnya artinya curah hujan tetap bagus sepanjang tahun," kata Ismail dalam Webinar Pataka 76 "Pro Kontra Ekspor Jagung", Kamis (22/9).
Baca Juga: Cegah Inflasi, Kemendag Diingatkan Tidak Terlambat Buka Keran Impor Bawang Putih Adapun tahun ini, Kementerian Pertanian menargetkan sasaran produksi jagung tahun 2022 yakni luas tanam ditargetkan 4,26 juta hektar. Di mana luas panen sebesar 4,1 juta hektar dengan produktivitas 56,11 kuintal per hektar dan produksi 23,1 juta ton. Ia memaparkan, perkembangan produksi jagung dari tahun 2019-2021, yakni luas panen jagung rata-rata meningkat 0,72% sepanjang periode tersebut. Di mana pada tahun 2019 luas panen ialah 4,08 juta hektar, kemudian meningkat menjadi 4,10 juta hektar pada 2020 dan menjadi 4,14 juta hektar pada 2021. Kemudian produktivitas jagung dari 2019-2021 rata-rata meningkat 0,28% namun Ismail mengakui terjadi penurunan produktivitas di tahun 2021. Rinciannya tahun 2019 produktivitas jagung nasional sebesar 55,23 kuintal per hektar, kemudian tahun 2020 meningkat menjadi 55,78 kuintal per hektar dan tahun 2021 kemarin produktivitas menjadi 55,54 kuintal per hektar. Produksi rata-rata jagung dari 2019-2021 meningkat 1,01%. Adapun rencana tahun 2019 produksi jagung sebesar 22,5 juta ton, meningkat 1,48% di tahun 2020 menjadi 22,92 juta ton. Dan pada tahun 2021 produksi jagung berada di angka 23,04 juta ton.
Baca Juga: Inovasi Industri Peternakan Menopang Kedaulatan Pangan Indonesia Ismail mengatakan bahwa jagung menjadi komoditas favorit bagi petani karena harganya yang kondusif dan menguntungkan. "Sehingga petani sekarang kalau nanam adalah lebih banyak memilih tanaman jagung itu untuk wilayah-wilayah lahan kering," kata Ismail. Direktur Ketersediaan Pangan, Badan Pangan Nasional Budi Waryanto mengatakan, untuk mencapai swasembada jagung diperlukan perbaikan tata kelola jagung nasional. Sebagai upaya perbaikan tata kelola jagung nasional akan dilakukan perbaikan terhadap Peraturan Presiden (Perpres) No 48 tahun 2016 mengenai Penugasan Kepada Perusahaan Umum Perum Bulog Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional. "Sampai saat ini masih dilakukan penyesuaian terhadap Perpres 48 untuk penugasan Bulog yang mudah-mudahan nanti bisa mengimplementasikan tata kelola jagung ke depan," kata Budi. Melalui perbaikan Perpres tersebut Bulog akan mendapatkan penugasan baru yakni mengatur tata kelola jagung dan kedelai hingga nantinya ke komoditas lainnya. "Kalau saat ini Bulog baru beras nanti ada tambahan untuk tahap pertama jagung dan kedelai dan seterusnya. Jadi mudah-mudahan ini akan ada penguatan di BUMN pangan," paparnya.
Baca Juga: Mentan Ajak Milenial Gunakan Teknologi dalam Membangun Pertanian yang Modern Selanjutnya untuk pencapaian swasembada jagung, akan dilakukan optimalisasi fungsi fasilitas logistik terutama
dryer dan silo yang telah dimiliki oleh BUMN. Diantaranya seperti percepatan penyelesaian
corn drying center di Bulog untuk memperkuat cadangan jagung. Kemudian penguatan konektivitas antar wilayah, seperti revitalisasi pelabuhan di sentra produksi jagung yaitu di Nusa Tenggara Barat (NTB), optimalisasi trayek tol laut dan lainnya. Tak kalah penting adalah meminta Badan Pusat Statistik (BPS) untuk segera merilis kerangka sampe area (KSA) jagung. "Kami berharap dengan semua ini nanti juga data akan semakin
clear, apakah kita perkuat, nanti swasembadanya bisa jalan, ekspornya ada atau mengurangi impor atau sebagainya," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .