KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan Pertanian Cerdas Iklim (Climate Smart Agriculture/CSA) yang berlangsung dari 2019 hingga 2023 dianggap layak untuk diteruskan agar dapat diterapkan di seluruh Indonesia. Manfaat CSA telah terasa bagi para petani, salah satunya adalah penerapan Demplot CSA selama tahun 2021 hingga 2023. Sebanyak 9.381 hektar lahan percontohan telah dijadikan "Laboratorium Lapang" dari target 12.160 hektar sawah CSA yang tersebar di 24 kabupaten di 10 provinsi. Demplot merupakan metode penyuluhan pertanian yang memungkinkan petani melihat dan membuktikan langsung apa yang diajarkan. Sekitar 35 Master Trainer bersama 562 penyuluh terlibat dalam pengembangan Demplot CSA ini.
Mereka bekerja sama dengan 76 Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) untuk mendampingi 9.264 petani dari 585 kelompok tani (Poktan).
Baca Juga: Kementan Optimistis Program CSA Buka Akses Bagi Wanita Petani Kembangkan Agribisnis Proyek Demplot CSA ini dikembangkan oleh Kementerian Pertanian RI bekerja sama dengan Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP). Hasil dari Demplot CSA selama periode 2021 hingga 2023 dibahas dalam Seminar Nasional Hasil Penelitian CSA di Jakarta, akhir Maret 2024. Seminar ini dihadiri oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi sebagai pembicara utama.
SIMURP, yang merupakan integrasi empat kementerian dan lembaga (K/L) serta didukung oleh Bank Dunia dan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB), memiliki sasaran pada periode 2019 hingga 2023 termasuk pengembangan CSA. Pengembangan CSA ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang terus mendorong pertanian berwawasan iklim CSA, agar tetap kreatif dan inovatif dalam menghadapi perubahan iklim global. "Fokus kerja Kementan pada tahun 2024 adalah memperkuat produksi berbagai komoditas pokok seperti padi dan jagung di tengah perubahan iklim global," kata Amran dalam siaran pers seperti dikutip Selasa (30/4).
Baca Juga: Perluas Program Pertanian Cerdas Iklim (CSA), Kementan Gandeng Pemprov Sumatra Utara Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, menambahkan bahwa keberhasilan kebijakan Kementan memerlukan sinergi antara semua pihak terkait, termasuk SIMURP. "Langkah awal diperlukan dalam upaya peningkatan wawasan, pemahaman, dan penyamaan persepsi untuk mencapai swasembada padi dan jagung," ujarnya. Demplot CSA sebagai "Laboratorium Lapang" mendorong petani untuk lebih fokus belajar dari teori langsung di lapangan. Salah satu contohnya adalah di Desa Kroyo, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.
Martono, Ketua Poktan Sido Makmur, menjelaskan bahwa petani dapat melihat dan memantau langsung pertumbuhan tanaman serta membandingkan hasil dari berbagai perlakuan yang diterapkan, seperti penggunaan pupuk organik.
Baca Juga: Percepatan Tanam Padi, Petani CSA Grobogan Jadi Target Kementan di Jateng Demplot dilakukan secara swadaya oleh anggota Poktan, dengan dukungan dari sesama anggota dan penyuluh. Hal ini memberikan manfaat baik bagi pemilik lahan maupun anggota kelompok tani, yang dapat belajar dan berlatih langsung di lapangan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli