Kementerian BUMN Dorong Pupuk Indonesia Jadi Pemain Utama Pupuk Global



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan mendorong Pupuk Indonesia menjadi pemain utama pupuk global. Adapun saat ini posisi perusahaan pelat merah itu disebut telah jadi yang terbesar di Asia dan di urutan ke-8 terbesar di dunia.

Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansury mengatakan, investasi Pupuk Indonesia untuk meningkatkan kapasitas terpasang harus terus dilakukan. 

Menurutnya, ketersediaan pupuk urea di Indonesia saat ini cukup baik. Tantangannya hanya ada pada pupuk NPK karena bahan bakunya seperti potas dan fosfat sangat minim di Indonesia. Alhasil, masih harus dilakukan impor sebanyak 6,3 juta ton NPK untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.


"Untuk menyelesaikan itu, Kementerian BUMN dan Pupuk Indonesia akan terus meningkatkan hubungan baik Business to Business (B2B) maupun Government to Government (G2G) agar tercukupi kebutuhan bahan baku dan pupuk NPK dengan beberapa negara lain misalnya dengan Kanada kita mengeksplorasi." kata Pahala dalam paparan virtualnya dikutip Selasa (18/4).

Peningkatan hubungan baik B2B maupun G2G bisa diperluas misalnya dengan mengakuisisi perusahaan di luar Indonesia. Dengan begitu, lanjutnya, akses Indonesia untuk dapat bahan baku pupuk jauh lebih mudah.

Pastikan Pupuk Subsidi dan Non Subsidi Tersedia

Guna mendukung ketersediaan pupuk dalam negeri, Pahala mengatakan bahwa Pupuk Indonesia juga memiliki beberapa rencana pengembangan pabrik dalam rangka menambah kapasitas produksi urea dan NPK. Untuk pabrik urea direncanakan akan dibangun di Papua. 

Sementara NPK rencananya akan mengkonversi SP-26 menjadi pabrik NPK dengan kapasitas sekitar 600.000 ton yang direncanakan beroperasi pada tahun 2024. Serta pembangunan pabrik NPK di Pupuk Kujang Cikampek dan Pupuk Kaltim dengan kapasitas masing-masing sekitar 100.000 ton.   Belum lama ini juga Pupuk Indonesia menambah kapasitas NPK dengan mengoperasikan pabrik NPK Pupuk Iskandar Muda (PIM) yang berkapasitas 500.000 ton. Selain itu, PIM juga mengoperasikan kembali pabrik PIM 1 dengan kapasitas 570 ribu ton urea, sekaligus melengkapi pabrik PIM-2 yang juga berkapasitas 570 ribu ton urea.   Menurut dia, ketersediaan pupuk urea saat ini sudah mampu memenuhi kebutuhan nasional, sedangkan NPK masih perlu ditingkatkan lagi meskipun kapasitas produksi Pupuk Indonesia Grup telah memenuhi kebutuhan NPK subsidi.   Pupuk Indonesia memiliki kapasitas produksi pupuk mencapai 13,9 juta ton, dengan rincian produksi urea sebesar 8,8 juta ton, NPK sebesar 3,8 juta ton, dan lainnya sekitar 1,3 juta ton. Kapasitas produksi ini telah mendukung ketersediaan pupuk subsidi dalam negeri. Alokasi pupuk bersubsidi ditetapkan sebesar 7,8 juta ton di tahun 2023. Dengan rincian pupuk jenis urea sebesar 4,6 juta ton dan NPK sebesar 3,2 juta ton.

Untuk memastikan ketersediaan pupuk subsidi dan non subsidi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, Pahala menyambangi Gudang Lini I yang berada di area pabrik PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) di Palembang pada Senin (17/4). Di gudang tersebut tersedia urea bag sekitar 4.000 ton, urea curah sekitar 32.000 ton, dan NPK bag sekitar 2.500 ton.

Selain itu, Pahala mengungkapkan bahwa Pupuk Indonesia Grup juga telah mengimplementasikan sistem digital pada proses penebusan, salah satunya menggunakan aplikasi REKAN yang telah diimplementasikan. Aplikasi ini, dikatakan Pahala memberikan kemudahan dan memperbaiki tata kelola pupuk bersubsidi yang selama ini menjadi perhatian Pemerintah.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 10 Tahun 2022, Pemerintah memfokuskan subsidi pupuk kepada dua jenis yaitu Urea dan NPK. Dalam beleid ini pun petani yang berhak mendapatkan alokasi subsidi ditetapkan kriterianya, yaitu wajib tergabung dalam kelompok tani, terdaftar dalam SIMLUHTAN (Sistem Informasi Manajemen Penyuluh Pertanian), menggarap lahan maksimal dua hektar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dina Hutauruk