Kementerian BUMN: Garuda Indonesia (GIAA) Mau Private Placement Hingga US$ 400 Juta



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam upaya penyehatan perusahaan, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akan menggelar penambahan modal tanpa memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) alias dikenal dengan private placement.

Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan, tahap pertama untuk menyehatkan Garuda Indonesia telah terealisasi dengan melakukan restrukturisasi dan penyuntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebanyak Rp 7,5 triliun.

"Langkah kedua kami mencari private placement beberapa bulan ke depan. Jangan sampai kami terbiasa menjual BUMN di harga rendah," ucap Erick usai menghadiri Mandiri Investment Forum di Jakarta, Rabu (2/1).


Secara terpisah, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo bilang, untuk mengeksekusi aksi korporasi ini, Garuda sudah melakukan pembicaraan dengan beberapa maskapai dari Timur Tengah.

Baca Juga: Belajar dari Kesalahan, Begini Upaya Erick Thohir Hidupkan Garuda Indonesia (GIAA)

Namun pembicaraannya masih di tahap awal, belum membahas mengenai nilai investasinya. Pria yang akrab dipanggil Tiko ini berharap pada Maret mendatang akan ada informasi terbaru.

"Kami targetkan setidaknya US$ 300 juta sampai US$ 400. Namun kami tidak tahu investor bagaimana," ucap Tiko ini saat ditemui di Jakarta.

Tiko bilang pihaknya masih akan menunggu hingga laporan kinerja GIAA per Maret rilis, sehingga para investor bisa yakin bahwa Garuda Indonesia sudah sehat sejak kuartal satu 2023.

Jika menilik kinerja Garuda, per 30 September 2022, GIAA mampu mencatatkan pendapatan usaha sejumlah US$ 1,5 miliar. Nilai ini naik 60,34% secara tahunan atau year on year (YoY) dari US$ 939,02 juta.

Dari sisi bottom line, Garuda Indonesia berhasil membalikkan rugi sebesar US$ 1,66 miliar sepanjang sembilan bulan di 2021, menjadi laba sejumlah US$ 3,96 miliar.

 
GIAA Chart by TradingView

Kalau dicermati kenaikan laba periode berjalan GIAA ini ditopang oleh pendapatan usaha lainnya yang mencapai US$ 4,27 miliar. Sedangkan beban usaha Garuda mencapai US$ 1,85 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari