KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meluncurkan
Program Project Management Office (PMO) Kopi Nusantara. Tujuannya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas biji kopi dalam negeri. Indonesia merupakan produsen biji kopi terbesar ke empat di dunia. Berdasarkan data International Coffee Organization (ICO), pada tahun 2019/2020, total kebutuhan kopi dunia mencapai 9,8 juta Sedangkan total produksi kopi dalam negeri baru sebatas 686 ribu ton. Sementara Brazil, Vietnam, Kolombia merupakan tiga negara produsen kopi terbesar di dunia.
Dwi Sutoro selaku Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), mengemban amanah sebagai Ketua PMO Kopi Nusantara.
Baca Juga: Siantar Top: Bukan Perkara Mudah Memenuhi Target Kinerja Tahun Ini Saat ini PMO Kopi Nusantara memiliki 9 pilot projects di 6 wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. “Total lahan yang kita fasilitasi hingga saat ini lebih dari 6.500 hektare yang dikelola oleh 2.500 petani. Kami berharap hasil panen dari lahan tersebut akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun internasional,” ujar Dwi Sutoro dalam keterangannya, Rabu (22/6) Peluang Indonesia menjadi pemain utama (
key leader) industri kopi internasional terbuka lebar, karena biji kopi Indonesia dengan proses on farm dan off farm yang baik, memiliki cita rasa dan kualitas level premium. Selain Kementerian BUMN, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) turut aktif mengembangkan dan merumuskan inovasi demi peningkatan daya saing kopi asal Indonesia. Kemenlu, melalui Direktorat Jenderal Kerja sama Multilateral, mengadakan Kegiatan “Jaring Masukan ‘Commodities Update’: Sinergi Diplomasi Kopi Indonesia dalam kerangka Peningkatan Komoditas Kopi Berkelanjutan dan Berdaya Saing”. Acara itu merupakan inisiatif Kemenlu untuk merumuskan sebuah kebijakan holistik dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Salah satu tujuannya menemukan solusi inovatif yang dapat mendukung upaya peningkatan ekspor kopi Indonesia di pasar global melalui peningkatan daya saing. Saat ini terdapat beberapa tantangan dalam sistem rantai pasok (
supply chain) kopi di dunia. Beberapa di antaranya adalah hambatan tarif, ketatnya persaingan dan persyaratan untuk masuk ke pasar global, serta beberapa persyaratan sertifikasi berkelanjutan. Namun, Dwi Sutoro optimis, melalui sinergi dan kerja sama seluruh pihak dalam payung PMO Kopi Nusantara, Indonesia mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas biji kopi. “PMO Kopi Nusantara mengembangkan berbagai program pendampingan dan mendorong terciptanya ekosistem bisnis yang berkelanjutan dengan target peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani kopi di tanah air.” katanya. Pendampingan kepada petani menjadi langkah mutlak untuk meningkatkan kapasitas produksi kopi, karena 96,1% lahan kopi, merupakan lahan milik petani rakyat. PMO Kopi Nusantara menerapkan strategi holistik dalam proses pendampingan kepada petani.
Baca Juga: Kopi Baik atau Buruk untuk Penderita Darah Tinggi? Mulai dari aspek pengolahan budidaya tanaman berkelanjutan, informasi dan pendampingan budidaya pertanian, digital farming dan mekanisasi pertanian, akses permodalan dan perlindungan risiko pertanian, pengembangan sosial masyarakat petani dan bisnis inklusif, serta kemitraan pertanian pasar (
Farm to Market Partnership). Tenaga Ahli Menteri BUMN Bidang Global Value Chains, Reynaldi Istanto, menyampaikan bahwa kerja sama dalam ekosistem bisnis ini perlu segera direplikasi. Dalam proses pendampingan ini, PMO Kopi Nusantara melibatkan BUMN produsen pupuk, perkebunan, perbankan, asuransi, perdagangan, serta pemerintah daerah. “Selain tangan pemerintah, peran swasta juga kita dorong untuk ikut serta dalam inisiatif ini. Hal ini perlu kita replikasi di banyak tempat di Indonesia. PMO Kopi Nusantara berupaya agar supply chain kopi dalam negeri segera membaik, sehingga mampu menjadi market leader di pasar internasional,” pungkas Reynaldi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto