KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, sejumlah upaya kini tengah dilakukan demi menggenjot investasi sektor energi baru terbarukan (EBT). Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana mengatakan, ada kebutuhan investasi yang cukup besar dalam beberapa tahun mendatang. "Misalkan basis Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) kalau perhitungan kami memerlukan sekitar US$ 50 miliar jadi kira-kira rata-rata US$ 5 miliar per tahun," kata Dadan dalam Energy Outlook 2022, Kamis (24/2). Dadan menyebut, investasi yang besar juga bakal mendorong perekonomian terlebih dengan adanya ketentuan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Selain investasi dalam negeri, pemanfaatan EBT diyakini juga bakal memanfaatkan pendanaan dari luar negeri. Untuk itu, Dadan memastikan pemerintah berupaya menciptakan iklim investasi yang makin kondusif.
Baca Juga: Pertamina NRE Mencatatkan Produksi Listrik 4.686 GWh Tahun 2021 Salah satu upaya yang tengah dilakukan yakni dengan menuntaskan Perpres Tarif EBT. Nantinya, Perpres Tarif EBT ini bakal menerapkan harga patokan tertinggi. Dalam beleid ini nantinya memungkinkan penerapan tarif listrik yang tinggi di awal. "Harganya ini baik di awal sehingga buat investr ini semakin tertarik karena akan memastikan untuk kembali modalnya," kata Dadan. Nantinya, setelah ada kepastian balik modal bagi investor maka tarif listrik dapat mengalami penurunan. Selain itu, untuk daerah-daerah yang terpencil akan ada opsi lain berupa penerapan feed in tariff (FiT). Kendati demikian, Dadan tak merinci lebih jauh perkembangan terkini dari beleid ini. Seperti diketahui Perpres Tarif EBT ini sendiri sudah berproses sejak tahun lalu. Sementara itu, Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Darmawan Prasodjo mengungkapkan, saat ini animo investasi dari pihak swasta cukup tinggi. PLN pun siap menjaga agar iklim investasi ini tetap terjaga ke depannya. Salah satu langkah yang dilakukan yakni melalui penerapan skema lelang yang transparan serta mendorong proses bisnis yang lebih mudah antara PLN dan swasta. Ia mencontohkan lelang proyek konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). "Daftar pagi ini jumlah peserta lelang adalah 180 sekian perusahaan, kemudian yang eligible 160 perusahaan. Jadi ini suatu kompetisi yang transparan, kompetitif dan kredibel sehingga dalam hal ini semoga harga listrik bisa diturunkan," ujar Darmawan dalam kesempatan yang sama. Seperti diketahui, PLN menargetkan konversi 250 MW PLTD dapat dikonversi ke PLTS plus baterai. Darmawan melanjutkan, dalam pengembangan EBT memang diharapkan tercipta harga yang kompetitif jika dibandingkan dengan pembangkit berbasis fosil. Darmawan mengungkapkan ada kebutuhan tambahan EBT sebesar 1,1 GW pada 2026-2027 mendatang. Adapun, teknologi yang bakal dimanfaatkan yakni berupa Pembangkit Listrik Tenaga EBT Base Load.
"Teknologinya beroperasi 24 jam artinya (dibutuhkan) Battery Energy Storage System (BESS). (Investasinya) bisa dekati US$ 3 miliar sampai US$ 4 miliar," kata Darmawan. Asal tahu saja, untuk tahun ini pemerintah menargetkan investasi sub sektor EBTKE mencapai US$ 3,91 miliar. Target investasi tersebut direncanakan terdiri atas investasi panas bumi US$ 0,95 miliar, aneka EBT US$ 2,79 miliar, bioenergi US$ 0,16 miliar, dan investasi konservasi energi US$ 0,01 miliar.
Baca Juga: Pelaku Usaha Nantikan Lelang Konversi PLTD oleh PLN Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat