KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut, harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi dalam negeri akan cenderung naik di sepanjang tahun ini karena disulut kondisi geopolitik global. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji
menjelaskan, fluktuasi harga minyak mentah dunia salah satunya dipengaruhi permasalahan di Timur Tengah yang membuat sistem logistik terganggu. “Kalau saya
lihat dan amati itu (harga minyak) naik kemudian turun secara harian, tapi kecenderungannya terus naik,” ujarnya ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (12/2). Faktor lain yang mempengaruhi harga BBM ialah naiknya pasokan minyak ke China. Sebelumnya kebutuhan minyak di Tiongkok sudah cukup terpenuhi, namun belakangan mereka menyatakan membutuhkan kembali. “Pasokan minyak ke China itu kan besar, jadi akan berpengaruh ke harga,” kata Tutuka.
Baca Juga: Luhut Sebut Kenaikan Pajak BBM 10% di DKI Jakarta Belum Berlaku Di sisi lain, ada pihak lain yang juga menjadi penentu harga minyak mentah yakni Amerika, Rusia, dan Saudi Arabia. “Walau ada OPEC tetapi tiga negara besar ini yang menentukan sekali harga minyak,” sebut Tutuka. Sekelumit dinamika itu yang membuat peta harga minyak mentah dunia agak sulit diterka. Meski demikian, jika dilihat dari segi grafik pergerakan harganya, Tutuka bilang, secara rerata mengalami kenaikan. "Namun untuk BBM subsidi atau Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) pemerintah belum ada rencana menaikkan harga," tegasnya. Sejalan dengan naiknya harga minyak dunia, rerata harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) ikut terkerek di awal tahun ini. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif menetapkan ICP Januari 2024 Sebesar US$ 77,12 per barel atau naik US$ 1,61 per barel dibandingkan Desember 2023 senilai US$ 75,51 per barel. Penetapan ICP tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 139.K/MG.03/DJM/2024 tentang Harga Minyak Mentah Bulan Januari 2024 tanggal 1 Februari 2024. Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agus Cahyana Adi mengatakan, peningkatan harga minyak dunia yang berkorelasi dengan harga ICP selain disebabkan meningkatnya permintaan. Jjuga kekhawatiran terjadinya gangguan suplai di tengah berlanjutnya risiko geopolitik di Laut Merah, pada akhir Januari 2024 yang ditandai dengan serangan pada kapal minyak yang membawa naphta.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik, Airlangga Pastikan Anggaran Subsidi BBM Masih Cukup Permintaan minyak dunia pada Triwulan I 2024 diperkirakan akan meningkat sebesar 1,7 juta barel per hari (bph), yang dipengaruhi pemberian kuota kilang Tiongkok. Namun demikian di sisi suplai minyak dunia terjadi penurunan suplai minyak. "OPEC mengindikasikan penurunan suplai dunia pada Desember 2023 sebesar 400 ribu bph menjadi 100,9 juta bph. Produksi negara negara Non-OPEC diperkirakan turun 0,5 juta bph pada Desember 2023," tambah Agus. Permintaan minyak dunia juga terjadi akibat ketegangan yang masih terus berlangsung antara Rusia dan Ukraina. Serta laporan mingguan EIA, stok minyak mentah AS mengalami penurunan pada akhir Januari 2024 sebesar 10,4 juta bbl menjadi 420,7 juta bbl. Selain itu, juga dilaporkan penurunan produksi minyak AS pada akhir Januari 2024 sebesar 900 ribu bph menjadi 12,3 juta bph. Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh terdapat stimulus perekonomian Tiongkok melalui penurunan reserve requirement ratio yang diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Selengkapnya, perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama pada Januari 2024 dibandingkan Desember 2023 mengalami peningkatan menjadi sebagai berikut : - Dated Brent naik sebesar USD2,41/bbl dari USD77,91/bbl menjadi USD80,32/bbl. - WTI (Nymex) naik sebesar USD1,74/bbl dari USD72,12/bbl menjadi USD73,86/bbl.
- Brent (ICE) naik sebesar USD1,83/bbl dari USD77,32/bbl menjadi USD79,15/bbl. - Basket OPEC naik sebesar USD0,90/bbl dari USD79,00/bbl mejadi USD79,90/bbl. - Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia naik sebesar USD1,61/bbl dari USD75,51/bbl menjadi USD77,12/bbl. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat