KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut saat ini lelang Wilayah Kerja (WK) Natuna D-Alpha masih sepi peminat. Hal ini disebabkan sulitnya mencapai keekonomian proyek di sana. Padahal, Natuna D-Alpha disebut sebagai WK migas dengan sumber daya dan potensi gas yang melimpah. Berdasarkan data Kementerian ESDM, Natuna D Alpha menyimpan cadangan yang sangat besar, diperkirakan 230 Triliun Kaki Kubik (TCF) dan 350 Million Barrels of Oil (MMBO).
Pembinaan Usaha Hulu Migas Ditjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Noor Arifin Muhammad menyatakan, sejauh ini sudah ada beberapa perusahaan yang mengambil dokumen lelang hanya saja belum ada yang mengajukan penawaran. Baca Juga:
Kementerian ESDM Sebut Revisi UU Migas Dapat Dorong Pengembangan Blok Migas di Natuna “Artinya kemungkinan secara perhitungan dan analisa mereka, pengembangan di Natuna D-Alpha tidak
feasible, tidak layak untuk di-bid atau tidak ekonomis. Bisa juga data mereka sendiri yang kurang cukup untuk mengambil keputusan,” ujarnya ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Kamis (11/1). Arifin memaparkan, pengembangan WK Natuna D-Alpha memang banyak tantangannya karena 70% gas di sana mengandung karbon. Untuk memisahkan karbon (Co2) dengan gas tentu membutuhkan biaya besar. Jadi yang diperlukan adalah pendekatan baru supaya bisa produksi gas secara ekonomis. Nah pilihannya, 70% kandungan karbon di Natuna D-Alpha akan dibuang atau diutilisasi menjadi Carbon Capture Storage and Utiliziation (CCUS). Namun kembali lagi investasi CCUS hingga saat ini masih sangat mahal. “Nah ini yang paling ditunggu investor, untuk dia menyampaikan dokumen penawarannya,” imbuhnya. Meski saat ini masih sepi, Kementerian ESDM tetap berupaya melakukan lelang dengan beberapa pendekatan lain. Arifin menjelaskan, mekanisme lelang Natuna D-Alpha dalam 60 hari ke depan statusnya akan menjadi Wilayah Kerja (WK) Available di mana terbuka untuk dilelang kembali. Lelang kedua ini jangka waktu akan lebih pendek yakni 30 hari karena proses lelang sudah berjalan sebelumnya.
Baca Juga: Laut Indonesia Simpan Potensi EBT 60 GW, Investor Mulai Antre “Atau nanti kalau ada yang berminat untuk join study di sana juga bisa,” jelasnya. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas), Tutuka Ariadji menyatakan pihaknya akan terus tawarkan Natuna D-Alpha dengan skema joint study. Sebagai informasi, joint study merupakan salah satu dari dua mekanisme penawaran wilayah kerja migas. Berbeda dengan penawaran melalui tender reguler yang data cadangan disediakan pemerintah, pada penawaran langsung atau joint study, investor mencari sendiri data cadangan. Tentu saja, resiko dan biaya ditanggung oleh investor. Namun demikian, mereka mendapat kebebasan memilih wilayah yang diminatinya. Pelaksanaan joint study memakan waktu sekitar 6-8 bulan dapat diperpanjang hingga 1 tahun.
Memang tidak semua proposal joint study yang diajukan dapat diterima pemerintah. Agar tidak ditolak, investor harus memenuhi persyaratan yang berlaku seperti kelengkapan administratif, proposal yang diajukan dinilai masuk akal dan perusahaan itu berpengalaman di bidang migas. Untuk pendatang baru, disarankan menggandeng pemain lama yang telah memiliki banyak pengalaman. “Natuna itu tempatnya sangat strategis. Jika ada kegiatan ekonomi skala besar, ini bisa menunjukkan eksistensi Indonesia,” ujarnya dalam kesempatan yang sama. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari