KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan adanya penurunan ekspor sejumlah komoditas mineral sepanjang tahun ini. Penurunan tersebut salah satunya dipicu penurunan produksi dari sejumlah perusahaan besar. Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak mengatakan, penurunan tersebut tak lepas dari menurunnya produksi dari sejumlah perusahaan besar. Yunus mencontohkan, penurunan terjadi pada ekspor komoditas konsentrat tembaga. Dua perusahaan terbesar di komoditas tersebut, yakni PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara dalam Rencana Kerja dan Anggara Biaya (RKAB) merosot dari tahun lalu.
"Alasannya karena produksi seperti mineral tembaga, Freeport kan berubah kemudian Amman juga menurun kan produksi di RKAB nya. Jadi memang rencana produksi di dalam RKAB mereka memang turun," kata Yunus saat ditemui di Kompleks DPR RI, Senin (11/3). Asal tahu saja, rencana produksi konsentrat tembaga pada tahun 2018 sebesar 1.855.152 ton, realisasi pada tahu lalu sebesar 1.811.093 ton. Sedangkan pada tahun ini, rencana produksi yang tercatat per Maret 2019 sebesar 141.558 ton, dengan realisasi ekspor sebesar 104.269 ton. Namun, Yunus mengatakan bahwa besaran rencana ekspor dihitung proprosional berdasarkan bulan habis dan terbit rekomendasi pada tahun 2018 dan tahun 2019. Jumlah tersebut, lanjut Yunus, belum memperhitungkan Surat Persetujuan Ekspor (SPE) yang telah dikeluarkan untuk PTFI dan Amman pada akhir pekan lalu. Seperti yang telah diberitakan Kontan.co.id sebelumnya, pada Jum'at (8/3) lalu, Kementerian ESDM sudah mengeluarkan rekomendasi ekspor konsentrat tembaga untuk kedua perusahaan tersebut. Yunus mengatakan, rekomendasi ekspor konsentrat tembaga yang diberikan untuk PTFI adalah 198.282 wet metric ton (wmt). Sedangkan untuk Amman Mineral sebesar 336.100 wmt. Adapun, pada tahun lalu, PTFI mengantongi kuota ekspor sebesar 1,25 juta ton, sedangkan Amman sebesar 450.826 ton. Selain karena produksi yang menurun, sambung Yunus, merosotnya jumlah ekspor mineral juga disebabkan oleh faktor harga komoditas dan kondisi pasar. "Terus juga ada faktor market, harga dunia juga, itu kan tidak bisa kita paksa untuk menggenjot," kata Yunus. Komoditas yang dipengaruhi harga ini antara lain konsentrat besi, yang mana pada tahun lalu, rencana produksinya sebesar 3,98 juta ton dengan realisasi 1,04 juta ton. Pada tahun ini, rencana ekspor sebesar 1,28 juta ton, dengan realisasi per Maret sebesar 248.677 ton. Yunus mengungkapkan, ada juga komoditas yang kekurangan bahan baku bijih. Seperti konsentrat timbal dan seng. Pada tahun 2018, rencana ekspor komoditas tersebut sebesar 96.000 ton dengan realisasi 59.107 ton. Sedangkan rencana pada tahun ini turun menjadi 24.000 ton dan realisasi hingga MAret 8.846 ton. Selain itu, ada juga konsentrat mangan dari rencana ekspor tahun lalu yang sebesar 33.955 ton dan realisasi 4.565 ton. Pada tahun ini rencana ekspor menjadi 21.888 ton dan belum ada realisasi ekspor yang tercatat hingga Maret. Sedangkan untuk komoditas lumpur anoda, penurunan terjadi karena ada perawatan (maintenance) selama dua bulan di PT Smelting. Sehingga, rencana ekspor turun menjadi 321 ton, dibanding pada tahun lalu yang sebesar 1.964 ton, dan realisasi sebanyak 1.124 ton.
Adapun, penurunan pada komoditas nikel dan bauksit diperkirakan dipengaruhi oleh faktor cuaca. Pada tahun lalu, rencana ekspor untuk nikel sebesar 30,90 juta dengan realisasai 20,09 juta. Sedangkan pda tahun ini rencana ekspor hanya 15,07 juta, dan realisasi yang tercatat hingga Maret sebanyak 2,50 juta. Sementara itu, rencana ekspor bauksit tahun lalu sebanyak 14,38 juta dengan realisasi 8,70 juta. Adapun, pada tahun ini rencana ekspor komoditas ini sebanyak 10,97 juta dan realisasi yang tercatat hingga Maret sebesar 1,38 juta ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli