Kementerian ESDM Ungkap Ada Impor Bijih Nikel dari FIlipina ke Sulawesi Tenggara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengemukakan perusahaan smelter yang berbasis di Sulawesi Tenggara (Sultra) melakukan aktivitas importasi bijih nikel (ore nickel) dari Filipina lantaran kekurangan pasokan bahan baku. 

“Ada isu nikel yang diimpor dari Filipina karena smelter kekurangan bahan (baku),” ujar Plt Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (minerba) Kementerian ESDM, Muhammad Wafid ketika ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (28/8). 

Namun, setelah Kementerian ESDM mengecek input nikel yang dibutuhkan pada seluruh Rencana Keuangan dan Anggaran Biaya (RKAB) yang sudah ada dan disetujui, hasilnya menunjukkan pasokan bijih nikel masih mencukupi untuk smelter dalam negeri. 


Baca Juga: Kasus Tambang Nikel Ilegal, Kejati Sulawesi Tenggara Sita Uang Rp 79,08 Miliar

“Jadi sebenarnya tidak ada kekurangan di Sultra, jadi terpaksa harus impor mungkin karena (masalah) hal lain ya,” tandasnya. 

Melansir data Dinas ESDM yang diterbitkan 2015, jumlah cadangan nikel Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 97 Wmt ton dengan luas sebaran nikel 480 ribu Hektar. Kabupaten Konawe Utara merupakan kabupaten dengan jumlah cadangan nikel terbesar yaitu 46 miliar Wmt dengan luasan 82,62 ribu Ha.

Setelah itu, cadangan nikel terbesar kedua dari Kabupaten Bombana sebesar 28,2 miliar Wmt, diikuti Kolaka 12,81 miliar Wmt, Konawe Selatan 4,34 miliar Wmt, Kolaka Utara 2,76 miliar Wmt, Konawe 1,58 miliar Wmt, dan Buton & Kota Bau-Bau 1,67 miliar Wmt. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi