Kementerian PPPA Beberkan Penyebab Banyak Perempuan Masih Terjebak Pinjol



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menyebut masih banyak perempuan yang terjebak pinjaman online (pinjol). 

Asisten Deputi Pengarustamaan Gender Bidang Ekonomi Kementerian PPPA Dewa Ayu Laksmi menyebut salah satu pemicunya karena rendahnya tingkat inklusi keuangan wanita, ditambah tingginya keinginan meminjam uang untuk memenuhi hidup.

"Saya melihat hal itu dipicu rendahnya tingkat inklusi keuangan wanita, seperti kepemilikan aset serta rekening, menjadi problematika dalam hal keuangan," ucapnya dalam webinar Expert Lab Bersama MSC Consulting, Kamis (7/12).


Baca Juga: Pemain Pinjol Janji Jaga Rasio Kredit Macet

Menurut Ayu, kepemilikan aset bagi perempuan juga menjadi hal penting agar perempuan menjadi pribadi yang berdikari. Dengan demikian, apabila terjadi hal-hal insidentil, perempuan dapat bertahan dan menyelesaikan permasalahan finansialnya sendiri. 

Ayu menjelaskan berdasarkan data, indeks literasi keuangan laki-laki sebenarnya lebih rendah dibandingkan perempuan, tetapi indeks inklusi keuangan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. 

Adapun indeks literasi keuangan laki-laki sebesar 49,05% dengan indeks inklusi keuangan 86,28%. Sementara itu, indeks literasi keuangan perempuan sebesar 50,33% dengan indeks inklusi keuangan 83,88%. 

Ayu menjelaskan perempuan yang terjerat pinjol biasanya menganggap sebagai jalan pintas yang singkat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan keuangan, serta syarat meminjam di pinjol lebih mudah tidak seperti di bank.

Baca Juga: Awas, Momen Nataru Bisa Jadi Peluang Bagi Pinjol Ilegal Mencari Mangsa

“Saya perhatikan, perempuan terutama di desa-desa, mereka tabungan saja tidak punya. Jadi, mereka bekerja hari ini untuk makan hari ini. Mereka juga masih menemukan problem keberatan di administrasi tabungan yang dipotong setiap bulan Rp 15.000. Buat mereka itu jumlah yang cukup banyak, kadang-kadang tidak mau,” katanya.

Oleh karena itu, Ayu menilai perlu adanya edukasi literasi digital dan penggunaan ponsel, khususnya pada perempuan, sebagai cara untuk mengantisipasi jebakan pinjol.

“Untuk literasi digital di Indonesia masih kurang. Sebab, kalau literasi lewat smartphone tidak bagus atau tidak baik, akan terjebak karena iming-imingan,” ungkap Ayu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi