Kementerian PUPR targetkan Bendungan Rukoh Aceh rampung 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menyelesaikan pembangunan Bendungan Rukoh di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Pembangunan bendungan ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan produksi sawah hampir 12.000 hektar (Ha).

Bendungan Rukoh merupakan salah satu Program Strategis Nasional (PSN) yang dibangun Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai Sumatra 1 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air sebagai upaya mewujudkan ketahanan air dan kedaulatan pangan di Provinsi Aceh.

Kepala Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatra I, Djaya Sukarno mengatakan, Bendungan Rukoh berada di aliran Sungai Krueng Rukoh disupla dari bendung pengarah dari Sungai Kreung Inong ini memiliki luas area genangan mencapai 716,10 hektare (ha) dan disiapkan untuk menampung air hingga 128,66 juta meter kubik.


"Bendungan ini akan mengairi lahan persawahan Daerah Irigasi Baro Raya seluas 11.950 ha khususnya di Kecamatan Keumala dan Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie," kata Djaya dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan, Minggu (10/10).

Djaya menambahkan, bangunan pengarah Bendungan Rukoh dibangun sejak akhir tahun 2018 dengan biaya APBN sebesar Rp 1,5 triliun.

Pelaksanaan pembangunan dilakukan secara bertahap melalui dua paket dengan masing-masing kontraktor, PT. Nindya Karya (Persero) untuk paket 1.

Baca Juga: Menteri PUPR resmikan OSS untuk operasionalisasi lembaga sertifikasi jasa konstruksi

Sedangkan paket 2 oleh kontraktor PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WIKA) KSO PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) dan PT Andesmont Sakti.

"Saat ini progres konstruksinya telah mencapai 28 % dan ditargetkan akan rampung pada tahun 2023," ucap Djaya.

Selain sebagai sumber irigasi, bendungan tipe zonal dengan inti tanah kedap air tersebut, diharapkan dapat memiliki manfaat untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dan penyediaan air baku sebesar 0,90 m3/detik bagi 22.848 jiwa di wilayah Kecamatan Titue dan kecamatan lainnya di Kabupaten Pidie.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pengelolaan sumber daya air dan irigasi akan terus dilanjutkan dalam rangka mendukung produksi pertanian yang berkelanjutan.

Di samping itu kehadiran bendungan juga memiliki potensi air baku, energi, pengendalian banjir, dan pariwisata yang akan menumbuhkan ekonomi lokal.

“Pembangunan bendungan akan diikuti dengan ketersediaan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat segera dimanfaatkan karena airnya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” kata Basuki.

Kehadiran bendungan juga berpotensi menjadi sumber pembangkit listrik sebesar (PLTA) sebesar 1,22 MW, serta mengatasi permasalahan banjir di Kabupaten Pidie untuk periode ulang 50 tahunan, dan sebagai destinasi wisata.

Di Provinsi Aceh, Kementerian PUPR melalui BWS Sumatera I, tengah menyelesaikan pembangunan Bendungan Keureuto di Kabupaten Aceh Utara. Progres konstruksinya saat ini telah mencapai 65% dan ditargetkan akan rampung di tahun 2023.

Sebelumnya pada 2016 juga telah diselesaikan pembangunan Bendungan Rajui di Kabupaten Pidie berkapasitas tampung 2,67 juta meter kubik untuk mengairi areal persawahan seluas 3.000 ha.

Selanjutnya: Pemprov DKI: Beberapa tahun ke depan, tak ada lagi warga Jakarta pakai air tanah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari