KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemilau emas telah memudar pada perdagangan pekan lalu. Harga emas sedikit lebih rendah pada akhir perdagangan pekan lalu setelah lonjakan angka penjualan ritel Amerika Serikat (AS) yang mendorong dollar AS sedikit lebih kuat dan mengurangi daya tarik terhadap logam mulia. Kamis (19/4), harga emas untuk pengiriman Juni 2019 di Commodity Exchange terpantau lanjutkan pelemahannya dengan turun sebesar 0,16% pada level 1.273,01. Analis PT. Rifan Financindo Berjangka, Puja Purbaya Sakti menilai sehari sebelumnya, emas juga ditutup melemah karena logam mulia dikekang oleh aksi
tecnichal selling para pedagang. Namun, penurunan emas lebih lanjut dibatasi oleh pelemahan
the greenback.
Si Kuning sejauh ini telah kehilangan lebih dari 1% minggu ini dan berada di jalur untuk penurunan mingguan keempat secara beruntun. Setelah jeblok 1% di sesi sebelumnya, harga emas stabil di dekat level rendah empat bulan pada Jumat lalu. “Penguatan dollar AS pasca rilis data
retail sales AS sejalan dengan penurunan data manufaktur di Eropa oleh sebab itulah, harga emas tak menurun lebih jauh,” kata Sakti kepada Kontan.co.id, Minggu (21/4) Senin (22/04) akan dirilis beberapa indikator ekonomi, antara lain pada pukul 19.30 WIB akan dirilis indikator ekonomi US Chicago Fed National Activity Index bulan Maret yang diprediksi akan mengalami peningkatan dari negatif 0,29 menjadi negatif 0,15. Sakti mengatakan naiknya jumlah total dari Indeks Laporan bulanan yang dirilis oleh Chicago Federal Reserve Bank yang memantau aktivitas ekonomi di distrik 7 yaitu Indiana, Iowa, Illinois, Michigan dan Wisconsin ini akan berdampak positif bagi dollar AS sehingga akan memberikan sentimen negatif bagi pergerakan harga emas. Selanjutnya pada pukul 21.00 WIB akan dirilis indikator ekonomi US Existing Home Sales bulan Maret yang diprediksi akan mengalami penurunan dari US$ 5,51 juta menjadi US$ 5,31 juta . Rilis ini menunjukkan turunnya jumlah total dari Indeks Penjualan Rumah Lama di AS yang mengukur perubahan jumlah disetahunkan properti residensial yang sudah ada yang dijual selama bulan sebelumnya. Kata Sakti ini akan berdampak negatif bagi dollar AS sehingga akan memberikan sentimen positif bagi lanjutan pergerakan harga logam mulia termasuk emas untuk bisa kembali menguat pada perdagangan berikutnya. Di sisi lain, ekonomi China memulai awal yang kuat di tahun ini, berlawanan dengan kekhawatiran akan adanya perlambatan ekonomi Negeri Panda. Nampaknya upaya pro-pertumbuhan ekonomi dari Beijing berhasil mengimbangi dampak perang dagang dengan AS. Hal ini ditambah, data optimis yang muncul ketika Beijing dan Washington tampaknya memasuki tahap akhir negosiasi mereka untuk mengakhiri perang perdagangan. Ini sekaligus menawarkan bukti baru bahwa ekonomi China mungkin sudah mencapai titik terendahnya dan mulai pulih kembali. “Nampaknya hal ini akan memberikan sentimen positif bagi logam mulia termasuk emas untuk bisa kembali menguat pada perdagangan akhir bulan ini atau jangka panjang,” katanya.
Pekan depan, sentimen yang berlangsung cenderung beragam bagi pergerakan harga emas. “Secara umum emas berpotensi untuk kembali lanjutkan koreksi pada perdagangan selanjutnya,” imbau Sakti. Sakti meramal berdasarkan analisis teknikal indikator
moving average exponential (EMA) dengan kondisi mengecil yang menunjukkan arah harga berpotensi turun. Selanjutnya pada indikator
relative strengh index (RSI) berada di area positif 37 yang menunjukkan arah harga turun. Kemudian, indikator
commodity channel index (CCI) berada di area negatif 120 yang menunjukkan harga di area
oversold. Ia merekomendasikan
sell untuk emas selama harga di bawah US$ 1.272,14 per ons troi dengan level
support antara US$ 1.271,50, US$ 1.267,60, dan US$ 1.260,60 per ons troi. Sementara level
resistance antara US$ 1.278,50, US$ 1.281,60, dan US$ 1.288,60 per ons troi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi