KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beban peluang kenaikan suku bunga The Federal Reserve dua kali lagi di tahun ini terus membayangi emas. Bahkan harga emas kembali ke level terendahnya sejak Februari 2016 lalu. Senin (30/7) pukul 18.10 WIB, harga emas pengiriman Desember 2018 di Commodity Exchange melemah 0,18% ke level US$ 1.230,5 per ons troi dibandingkan dengan posisi Jumat (27/7). Dalam sepekan terakhir pun, harga si kuning sudah menukik 0,32%. Ini pelemahan terlama emas sejak tahun 2013 lalu. Karena itu, analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menilai, pelemahan harga emas kali ini bukan hal yang baru. Soalnya, sudah dalam beberapa bulan terakhir harga emas terus mengalami pelemahan.
Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) dua kali lagi di sisa tahun ini menjadi momok menakutkan bagi emas. Apalagi emas merupakan komoditas lindung nilai (
safe haven). "Posisi emas yang tidak menghasilkan bunga dan adanya ekspektasi kenaikan suku bunga AS pelaku pasar pun lebih memilih
the greenback," kata dia, Senin (30/7). Tekanan bagi emas semakin hebat setelah data ekonomi Negeri Paman Sam yang dirilis akhir pekan lalu begitu ciamik. Ambil contoh, pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2018 tercatat sebesar 4,1%. Angka ini memang masih di bawah proyeksi para analis yang memperkirakan produk domestik bruto (PDB) AS di level 4,2%. Tetapi, pasar tetap menyikapinya dengan positif, lantaran pertumbuhan ekonomi AS sudah jauh lebih tinggi ketimbang kuartal I-2018 yang hanya di kisaran 2%. Menanti FOMC Sementara itu, analis Monex Investindo Futures Faisyal menambahkan, keperkasaan dollar AS turut memengaruhi pergerakan si kuning. Ia pun memperkirakan,
the greenback masih akan melanjutkan penguatan dan membuat emas dalam tekanan. Satu-satunya kesempatan bagi emas untuk sedikit menguat datang jika perang dagang antara Negeri Paman Sam dan China kembali memanas. Seperti dikutip
Bloomberg, analis Phillip Futures yang berbasis di Singapura, Benjamin Lu menyebut, hingga akhir tahun 2018, sentimen positif yang dapat mempengaruhi pergerakan harga emas untuk menguat masih lemah.
Untuk pekan ini, harga emas masih dalam tren
bearish. Pasar menanti hasil pertemuan Federal Open Market Committee yang digelar 1 Agustus 2018 mendatang. Benjamin bilang, walaupun The Fed tidak menaikkan suku bunga dalam pertemuan di 1 Agustus mendatang, tapi pasar menanti hasil risalah FOMC dan mencari sinyal kenaikan suku bunga acuan untuk tahun ini. Karena itu, Faisyal menebak emas hari ini ada di kisaran US$ 1.212–US$ 1.228 per ons troi. Sedangkan Alwi memproyeksikan, dalam sepekan harga si kuning berada di kisaran US$ 1.200-US$ 1.265 per ons troi. Secara teknikal, harga emas masih berada di area
moving average (MA) 10 dan MA 55. Sedangkan indikator MACD berada di area negatif yang menunjukan indikasi emas masih
oversold. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia