Jika berkunjung ke kota Ambon, Maluku, jangan lupa bertandang ke Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau. Di desa ini Anda bisa membeli berbagai buah tangan, berupa perhiasan dan suvenir dari bahan mutiara. Di antaranya, anting, kalung, gelang, dan liontin. Tak sulit menuju Desa Batu Merah. Jika tidak membawa kendaraan pribadi, Anda bisa menumpang angkutan umum jurusan Terminal Mardika. Setelah sampai di terminal, tanya saja arah menuju Masjid An-Nur. Lokasi sentra kerajinan mutiara Batu Merah memang terletak berdekatan dengan rumah ibadah umat Islam tersebut. Namun, Anda harus membuang jauh-jauh gambaran bahwa sentra mutiara ini layaknya sentra perdagangan di Jakarta, dengan bentuk bangunan megah dan lokasi khusus. Kios kios di mana para pedagang kerajinan mutiara menjajakan barang dagangannya di sentra ini sangat sederhana. Bentuknya menyerupai toko kelontong biasa. Bahkan, sentra ini nyaris tidak seperti layaknya sebuah pusat perdagangan lantaran dikelilingi rumah ibadah dan rumah penduduk. Menurut Rusli Bantam, pengelola toko Andika yang berlokasi di sentra ini, aktivitas berdagang kerajinan Mutiara Batu Merah telah berlangsung sejak tahun 1995. "Tapi, saat itu baru ada dua toko," katanya. Toko Andika merupakan toko kedua yang merintis usaha kerajinan mutiara di sentra ini. Sebelumnya, Pondok Mutiara lebih dulu beroperasi. "Kami lebih awal beberapa bulan," ujar Fanny, pengelola Pondok Mutiara. Asal tahu saja, kerajinan mutiara di Desa Batu Merah sebagian besar berbahan mutiara air tawar. Namun, pada pedagang juga menjual beberapa kerajinan yang terbuat dari mutiara air asin. "Tapi, kerajinan dari mutiara air asin jumlahnya hanya sedikit," imbuh Rusdi.Menurut para pedagang suvenir, harga kerajinan mutiara air asin lebih mahal ketimbang dari mutiara air tawar. Karena itu, mereka enggan memproduksi dalam jumlah banyak. Lazimnya, mereka hanya menunggu pesanan dari konsumen. Mutiara air asin, tutur Rusdi, dibentuk menjadi perhiasan atau suvenir, dijual dalam satuan butir. Jadi, Anda tinggal menghitung duit yang harus dikeluarkan untuk membeli perhiasan dari mutiara air asin tersebut. Biasanya, para pedagang membanderol sebutir mutiara air asin Rp 150.000. Semakin sempurna bentuknya, maka semakin tinggi pula harganya. "Mutiara mahal itu berbentuk bulat sempurna dan mulus," ujar Rusdi. Andika bahkan menjual perhiasan dari mutiara air asin berwarna natural berbentuk bulat sempurna dengan harga Rp 5 juta. Harga kerajinan dari mutiara air tawar lebih murah. Contohnya kalung, dibanderol Rp 60.000-Rp 200.000 per unit. "Tergantung model kalung dan mutiaranya," ujar Fanny. Harga anting mutiara air tawar Rp 25.000, gelang Rp 100.000 per unit. Harga bros bermata tiga dan delapan mutiara Rp 50.000 dan Rp 65.000. Adapun harga kerajinan dari cangkang kerang mutiara, semisal kalung, Rp 100.000-Rp 125.000. Harga pajangan cangkang kerang mutiara hingga Rp 5 juta. (Bersambung) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kemilau mutiara di Desa Batu Merah (1)
Jika berkunjung ke kota Ambon, Maluku, jangan lupa bertandang ke Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau. Di desa ini Anda bisa membeli berbagai buah tangan, berupa perhiasan dan suvenir dari bahan mutiara. Di antaranya, anting, kalung, gelang, dan liontin. Tak sulit menuju Desa Batu Merah. Jika tidak membawa kendaraan pribadi, Anda bisa menumpang angkutan umum jurusan Terminal Mardika. Setelah sampai di terminal, tanya saja arah menuju Masjid An-Nur. Lokasi sentra kerajinan mutiara Batu Merah memang terletak berdekatan dengan rumah ibadah umat Islam tersebut. Namun, Anda harus membuang jauh-jauh gambaran bahwa sentra mutiara ini layaknya sentra perdagangan di Jakarta, dengan bentuk bangunan megah dan lokasi khusus. Kios kios di mana para pedagang kerajinan mutiara menjajakan barang dagangannya di sentra ini sangat sederhana. Bentuknya menyerupai toko kelontong biasa. Bahkan, sentra ini nyaris tidak seperti layaknya sebuah pusat perdagangan lantaran dikelilingi rumah ibadah dan rumah penduduk. Menurut Rusli Bantam, pengelola toko Andika yang berlokasi di sentra ini, aktivitas berdagang kerajinan Mutiara Batu Merah telah berlangsung sejak tahun 1995. "Tapi, saat itu baru ada dua toko," katanya. Toko Andika merupakan toko kedua yang merintis usaha kerajinan mutiara di sentra ini. Sebelumnya, Pondok Mutiara lebih dulu beroperasi. "Kami lebih awal beberapa bulan," ujar Fanny, pengelola Pondok Mutiara. Asal tahu saja, kerajinan mutiara di Desa Batu Merah sebagian besar berbahan mutiara air tawar. Namun, pada pedagang juga menjual beberapa kerajinan yang terbuat dari mutiara air asin. "Tapi, kerajinan dari mutiara air asin jumlahnya hanya sedikit," imbuh Rusdi.Menurut para pedagang suvenir, harga kerajinan mutiara air asin lebih mahal ketimbang dari mutiara air tawar. Karena itu, mereka enggan memproduksi dalam jumlah banyak. Lazimnya, mereka hanya menunggu pesanan dari konsumen. Mutiara air asin, tutur Rusdi, dibentuk menjadi perhiasan atau suvenir, dijual dalam satuan butir. Jadi, Anda tinggal menghitung duit yang harus dikeluarkan untuk membeli perhiasan dari mutiara air asin tersebut. Biasanya, para pedagang membanderol sebutir mutiara air asin Rp 150.000. Semakin sempurna bentuknya, maka semakin tinggi pula harganya. "Mutiara mahal itu berbentuk bulat sempurna dan mulus," ujar Rusdi. Andika bahkan menjual perhiasan dari mutiara air asin berwarna natural berbentuk bulat sempurna dengan harga Rp 5 juta. Harga kerajinan dari mutiara air tawar lebih murah. Contohnya kalung, dibanderol Rp 60.000-Rp 200.000 per unit. "Tergantung model kalung dan mutiaranya," ujar Fanny. Harga anting mutiara air tawar Rp 25.000, gelang Rp 100.000 per unit. Harga bros bermata tiga dan delapan mutiara Rp 50.000 dan Rp 65.000. Adapun harga kerajinan dari cangkang kerang mutiara, semisal kalung, Rp 100.000-Rp 125.000. Harga pajangan cangkang kerang mutiara hingga Rp 5 juta. (Bersambung) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News