Kemitraan teh keju dari Meitea asal Kudus



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis minuman kekinian atau fusion hingga kini masih terus berkembang. Setelah tiga tahun belakangan pasar lokal dibanjiri minuman teh asal Thailand atau yang akrab disebut thai tea, kini bermunculan varian minuman asal negeri Gajah Putih yang lain, seperti cheese tea atau teh keju.

Munculnya aneka varian baru ini terlihat dari makin banyaknya gerai cheese tea yang menawarkan berbagai merek atau brand dan ciri khas tersendiri. Kreasi tersebut diciptakan sebagai terobosan sekaligus peluang di bisnis gerai minuman kekinian tersebut.

Seperti produk minuman yang diusung Meitea asal Kudus, Jawa Tengah. Usaha ini memperkenalkan kreasi minuman anti-mainstream, memadukan teh dan krim keju. Meitea berdiri sejak 2018. Sejak berdiri mereka langsung menawarkan kemitraan. Hasilnya kini ada sekitar 20 gerai tersebar di sekitar Jawa Tengah, Jakarta, Depok dan Bekasi Jawa Barat, Tangerang, Makassar.


Marketing Manajer Meitea, Levya mengatakan saat ini menawarkan dua paket kemitraan. Pertama paket haochi senilai Rp 12,5 juta; dan Kedua paket angpow sebesar Rp 17,5 juta.

Dengan modal ini, mitra mendapat fasilitas booth, peralatan dan perlengkapan usaha yang lengkap, celemek, standar operasional prosedur (SOP), promosi melalui sosial media, pelatihan karyawan, dan bahan baku pada tahap awal.

Perbedaan paket haochi dan angpow terdapat pada ukuran booth atau gerobak saja, desain serta jumlah peralatan usaha.

Yang menarik, saat ini, Meitea memberikan program promosi untuk menjaring mitra bisnis. "Selama masa promo ada diskon, jadi untuk paket Rp 12,5 juta menjadi hanya Rp 7,5 juta saja dan untuk paket Rp 17,5 juta menjadi Rp 12,5 juta. Ditambah saat ini sedang ada promosi free ongkir juga selama masa promosi," jelas Levya sambil menjelaskan masa promosi berlangsung selama bulan Mei 2019 ini.

Meitea menawarkan 15 varian menu minuman segar, seperti original cheese tea, greentea cheese tea, taro cheese tea, meitea original, meitea coffee, meitea strawberry dan sebagainya. Harga jualnya mulai dari Rp 10.000 per cup sampai Rp 15.000 per cup.

Pihak pusat membebaskan harga jual dari para mitra. "Harga jual dibebaskan, asal selisihnya tidak berlebihan. Mitra bisa jual sesuai dengan kebutuhannya," kata Levya.

Ia juga mengatakan jika pihak pusat tidak mengenakan biaya royalti. Mitra hanya wajib memasok bahan baku dari pusat secara rutin.

Dalam sehari rata-rata gerai Meitea bisa menjual 40 cup sampai 80 cup. Dengan hasil tersebut, maka rata-rata omzet per bulannya sekitar Rp 15 juta–Rp 22 juta. Laba yang bisa dikantongi mitra sekitar 30%–40%.

Artinya, mitra diperkirakan bisa balik modal dua bulan sampai delapan bulan. Dengan skema bisnis ini, Meitea menargetkan jumlah gerainya bisa jadi 30 gerai di akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon