Kemkop UKM: Penyerapan PEN ke pengusaha mikro sudah hampir 100 persen



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program pemulihan ekonomi nasional (PEN) terus bergulir. Banyaknya bantuan dari pemerintah membuat pengusaha terutama dari kalangan UMKM makin semangat dalam memulihkan usahanya di masa pandemi ini.

Sekretaris Deputi Bidang UKM Kementerian Koperasi dan UKM Santoso menyebutkan bahwa pemerintah telah mengadakan lima program PEN yang penyerapannya sudah hampir 100%. “Salah satunya adalah bantuan produk usaha mikro, dari target sudah kita sampaikan secara nasional 100% dengan bantuan sebesar Rp 28,89 triliun untuk 12 juta pelaku usaha mikro,” ucapnya dalam Katadata Forum Virtual Series dengan tema “Mengukur Efektivitas Bantuan Presiden bagi UMKM Agrikultur”, Selasa (2/3).

Belum lagi adanya bantuan dengan pengurangan bunga pinjaman, seperti subsidi usaha mikro atau Kredit Usaha Rakyat (KUR). Penyerapan mencapai 98,8% dengan subsidi bunga dari 6% menjadi 3%.  


Santoso mengatakan, UMKM merupakan unit usaha terbesar di Indonesia dan mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Jumlah tenaga kerja yang diserap dari UMKM hampir sebanyak 133 juta lebih. Sehingga bantuan untuk UMKM sangat perlu untuk menyelamatkan perekonomian negara.

Meski sempat mengalami hambatan di awal pandemi, justru keadaan krisis tersebut memaksa UMKM untuk mampu go digital. Apalagi sekarang industri teknologi semakin booming selama pandemi. Jalan keluar lain kembali didapatkan pengusaha, belajar menguasai digital membuat mereka tetap mendapatkan pasar dan pelanggan.

Direktur Bisnis Mikro Bank Rakyat Indonesia (BRI), Supari, mengungkapkan, saat bulan keenam pandemi pengusaha UMKM sudah mulai jatuh, sehingga datangnya bantuan dari pemerintah pada Agustus 2020 membuat pengusaha kembali bangkit.

“Bantuan itu sudah sangat tepat sekalI untuk membuat mereka (pengusaha) survive, karena pemerintah menggelontorkan bansos yang menciptakan daya beli masyarakat, dan didorong dengan menggunakan daya hibah,” jelas Supari.

Ia menambahkan, lebih dari 90% pengusaha merasa mampu bertahan dan bangkit. Hal tersebut menghasilkan dampak yang sangat positif. Pengusaha UMKM dalam menghadapi masa kritis yang tidak menentu ujungnya ini seakan masih memiliki harapan.

Menurut Pamitra Wineka, Presiden & Co-Founder TaniHub, industri yang sebelumnya dianggap kesulitan menghadapi disrupsi teknologi seperti pertanian, kehutanan, dan perikanan kini telah beradaptasi dengan perubahan. Demi tetap mendapatkan keuntungan, banyak petani mulai menguasai teknologi.

“Dulu kan kalau oversupply mereka bagikan kemana-mana, karena merasa nggak ketemu marketnya. Apalagi pandemi mereka sudah ketakutan, kita buat mereka secure dengan bantuan e-commerce,” jelas Eka.

Dalam industri pertanian, platform e-commerce bertindak sebagai aggregator untuk petani dan off taker yang terhubung dengan ribuan user. Maka petani tidak lagi perlu komplain karena hanya mengandalkan satu distributor.

Selain e-commerce, terdapat juga fintech yang berhubung dengan pertanian untuk memudahkan mereka mendapat pinjaman dan menyalurkan target kredit. Di mana fintech ini dapat banyak membantu permodalan dari masyarakat untuk bisa pinjam ke bank.

Bantuan pandemi Covid-19 terbanyak yang diterima UMKM Agrikultur adalah Banpres BPUM/BLT UMKM. Manajer riset Katadata Insight Center Vivi Zabkie mengatakan, 18% responden pelaku usaha UMKM mengaku menerima bantuan ini.

“Banpres UMKM (BPUM) umumnya diterima utuh (2,4 juta rupiah per UMKM).  Sejumlah responden (3%) mengaku jumlah bantuan dipotong untuk sumbangan, administrasi dll. Selama pandemi Covid-19, UMKM masih dapat mengakses bantuan reguler. Terbanyak dalam bentuk pelatihan,” kata Vivi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Lamgiat Siringoringo