Kemperin nego AS dan Uni Eropa soal tekstil



JAKARTA. Pemerintah tidak mau industri tekstil terus terpuruk di tengah melemahnya daya beli. Untuk itu Kementerian Perindustrian (Kemperin) bakal mendorong industri teksil dan produk tekstil (TPT) domestik memperluas pasar.

Instansi ini tengah membuat perjanjian kerjasama bilateral dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa. "Kuncinya kami harus negosiasi bilateral agreement, karena saat ini untuk bea masuk ekspor produk tekstil Indonesia ke Amerika dikenakan 12,5%, sedangkan ke Eropa sampai 16%. Padahal ekspor Vietnam ke Amerika dan Eropa sudah nol persen,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, dalam keterangan tertulis, Sabtu  (22/7).

Memperin optimistis, industri TPT nasional punya daya saing global. Sebab sektor ini sudah  terintegrasi dari hulu sampai hilir dan punya kualitas baik di pasar internasional. "Khusus untuk industri shoes and apparel sport, kita sudah melewati China. Bahkan. Di Brazil, kita sudah menguasai pasar di sana hingga 80%,” ungkap Airlangga.


Upaya lain yang dilakukan Kemenperin adalah memfasilitasi peremajaan mesin dan peralatan industri TPT.

Selain itu, Kemenperin tengah menggodok regulasi khusus industri padat karya berorientasi ekspor, berupa pemberian insentif fiskal dalam bentuk investment allowance.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat berharap, perundingan perdagangan bebas khususnya dengan Uni Eropa bisa selesai tahun 2019. Dia meyakni, apabila perjanjian bilateral tersebut terwujud, ekspor industri TPT nasional akan naik hingga 100% dalam kurun waktu empat tahun. “Hal ini juga akan menyerap tenaga kerja kita lebih banyak lagi,” ujarnya.

API mencatat, dalam periode dua tahun terakhir ini, jumlah industri TPT nasional meningkat dari 5.600 perusahaan menjadi 5.900 dengan menyarap tenaga kerja langsung mencapai dua juta orang. “Pada tahun 2019, di mana pembangunan infrastruktur akan selesai, itu tentunya dapat memberikan harapan positif bagi investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia,” imbuh Ade.

Di samping itu, menanggapi adanya kabar soal penghentian produksi pemintalan benang oleh beberapa pabrik, Ade meyakini itu hanya sebatas rumor. Meski ada penurunan produksi benang, menurutnya, tidak sampai ada pabrik pemintalan benang yang tutup pasca Lebaran.

Munculnya isu penutupan pabrik benang, dinilai Ade, timbul akibat diperpanjangnya libur Lebaran pabrik tersebut. "Mereka biasanya libur maksimum lima hari tahun ini ditambah jadi 20 hari sehingga wajar muncul rumor soal penutupan pabrik benang," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon