Kemperin optimistis industri baja tetap tumbuh di tengah ancaman krisis global



JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemperin) sejauh ini tetap optimistis sektor-sektor industri dalam negeri tidak akan terpengaruh terlalu besar dari ancaman krisis global. Padahal International Monetary Fund (IMF) telah memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 menjadi 6,3% dari prediksi sebelumnya sebesar 6,5%.Kementerian Perindustrian MS Hidayat bilang, masih banyaknya realisasi program yang belum terlaksana menjadi salah satu penyebab turunnya prediksi IMF itu. Apalagi, kini tanda-tanda meluasnya krisis seperti surat utang pelindung resiko default (credit default swap/CDS) yang naik, melorotnya nilai rupiah, hingga posisi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang anjlok pun mulai membayangi Indonesia.Namun, ia meyakini setelah berbagai program pemerintah seperti Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) mulai terlaksana, hal itu akan memperbaiki posisi Indonesia.Hanya, pihaknya akan memastikan portofolio investasi yang masuk ke Indonesia tidak terlalu besar. Alasannya, sebagai antisipasi tindakan dadakan dari negara investor yang menarik (recall) investasinya kembali. Industri baja tetap tumbuhKeyakinan Kemperin akan kuatnya industri dalam negeri dibuktikan dari kinerja industri baja yang sanggup tumbuh tahun ini.

"Kalau untuk Indonesia, utilisasi masih tinggi, tidak ada yang menganggur berproduksi. Saya kira sektor ini tidak terlalu terasa terkena dampak krisis," tutur Direktur Industri Material Logam Dasar Ditjen Industri Berbasis Manufaktur Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan.Sebagai gambaran, konsumsi baja pada semester II 2011 diprediksi naik 5% dari realisasi semester I 2011. Peningkatan konsumsi itu diperkirakan terjadi karena naiknya permintaan baja dari industri sektor hilir dan percepatan penyerapan anggaran proyek pemerintah.Konsumsi baja pada semester I 2011 tercatat sebanyak 3,588 juta ton. Angka itu naik 12% dari realisasi semester I 2010 sebesar 3,217 juta ton.Prediksi konsumsi baja selama setahun itu relatif meningkat dari realisasi konsumsi pada 2010 sebesar 7,9 juta ton. Bahkan, program pemerintah untuk mengembangkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) itu akan mendongkrak permintaan baja hingga berkali lipat dari prediksi konsumsi saat ini.Dia lalu mengatakan, krisis finansial yang terjadi kali ini berbeda dengan krisis global 1998 yang berhasil menghentikan roda usaha banyak industri. Krisis kali ini masih dibarengi dengan pertumbuhan permintaan baja dari berbagai sektor seperti infrastruktur dan konstruksi."Intinya dilihat apakah menerpa sektor riil atau tidak. Selama masih ada permintaan dari sektor riil, produksi bakal terus berjalan," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini