Kemtan: Harga ayam turun karena konsumsi rendah



JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) mencatat salah satu penyebab harga daging dan telur ayam turun akibat kelebihan produksi. Surplus itu semakin diperparah tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging dan telur ayam yang masih rendah.

Untuk daging ayam, Kemtan mencatata rata-rata konsumsi sebesar 10 kilogram (kg) per kapita per tahun. Sedagnakan konsumsi telur sekitar 6,3 kg per kapita per tahun. Karena itu, promosi untuk meningkatkan konsumsi daging dan telur ayam sebagai pengganti protein perlu dilakukan.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, I.Ketut Diarmita mengatakan, pelaku usaha di industri perunggasan atau integrator harusnya gencar melakukan promosi agar masyarakat gemar makan daging dan telur ayam. Tujuannya adalah untuk meningkatkan permintaan terhadap daging dan telur ayam dalam rangka peningkatkan gizi mayarakat.


"Kami berharap agar dengan promosi yang dilakukan, maka masyarakat sadar untuk mendapatkan protein hewani relatif mudah dan murah," ujarnya, Jumat (31/3).

Diarmita menjelaskan, berdasarkan data Statistik Peternakan tahun 2016, populasi ayam ras pedaging (broiler) mencapai 1,59 miliar ekor, ayam ras petelur (layer) mencapai 162 juta ekor dan ayam bukan ras (buras) mencapai 299 juta ekor atau mengalami peningkatan sekitar 4,2% dari populasi pada tahun 2015.

Produksi daging unggas menyumbang 83% dari penyediaan daging nasional, sedangkan produksi daging ayam ras menyumbang 66% dari penyediaan daging nasional.

Maka pada dasarnya industri ayam ras merupakan industri yang sangat rentan, karena memiliki ketergantungan yang tinggi kepada negara lain. Hal ini karena bibit masih impor dan bahan baku pakan juga sebagian impor, sehingga tidak tertutup kemungkinan suatu saat kondisi tersebut dapat menjadi boomerang bangsa ini dalam bidang ketahanan pangan apabila tidak waspada dan melakukan langkah-langkah antisipasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini