Kemtan menyayangkan langkah Kemdag membuka impor jagung



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) menyayangkan izin impor jagung yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan (Kemdag) untuk kebutuhan bahan baku industri.

Keputusan impor tersebut dinilai kurang tepat mengingat saat ini sedang panen raya. Adanya tambahan suplai jagung impor akan membuat harga jagung menjadi turun.

"Impor menggerus harga jagung petani, apalagi saat ini panen raya," ujar Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kemtan, Sumardjo Gatot Irianto kepada KONTAN, Senin (5/2).


Sebelumnya Gatot juga mengungkapkan menaikkan target produksi jagung tahun 2018 naik 50% dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi jagung tahun 2017 sebesar 27,9 juta ton pipilan kering.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI). Ketua Umum APJI, Sholahuddin mengungkapkan petani menolak impor.

"Kalau tetap berencana impor harusnya tunggu hingga panen raya petani selesai," terang Sholahuddin.

Meski begitu produksi jagung tahun 2018 diperkirakan daapat memenuhi kebutuhan nasional. Sholahuddin menargetkan produksi jagung sebesar 28 juta ton.

Sholahuddin bilang akibat berita impor jagung tersebut berdampak bagi harga jagung petani. Harga jagung petani saat ini jatuh hingga yang terendah mencapai Rp 2.200 per kilogram (kg).

Sebelumnya Kementerian Perdagangan (Kemdag) menerbitkan izin impor jagung untuk kebutuhan industri. Jagung untuk kebutuhan industri itu dinilai berbeda dengan kebutuhan untuk pakan dan pangan.

Berdasarkan keterangan Sholahuddin jagung untuk bahan baku industri makanan dan minuman memiliki persyaratan kandungan aflatoksin di bawah 5 part per billion (ppb). Namun, hal itu dinilai Sholahuddin bukan alasan untuk impor.

Sholahuddin bilang kandungan aflatoksin dapat diturunkan dengan proses pengeringan yang baik. "Kandungan itu bukan alasan karena pemasangan mesin pengering lalu pembelian jagung petani dan dikeringkan di situ akan membuat kandungan aflatoksin turun," jelasnya.

Selain itu, rencana impor jagung untuk industri pun dinilai akan merembes. Sholahuddin mengkhawatirkan kuota impor sebesar 140.000 ton yang terlalu besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto