Kemtan targetkan produksi pangan lokal capai 1 juta ton di 2019



KONTAN.CO.ID - BOGOR. Kementerian Pertanian (Kemtan) terus mendorong dan berupaya untuk meningkatkan investasi di sektor pangan lokal (sagu, hanjeli, sorghum, jagung, dan ubi kayu). Tidak tanggung Kemtan menargetkan hingga mencapai 1 juta ton produksi keseluruhan tahun 2019.

“Usulannya akan di kembangkan di 10 kawasan. Kalau bisa sebanyak mungkin. Kita lagi mendorong investasi di sektor pertanian. Kita targetkan produksi bisa sampai 1 juta ton,” kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi di Bogor, Rabu (7/11).

Agung menyebutkan bahwa sejauh ini produksi masih kecil. Hal ini karena pemanfaatan dinilai masih kurang. Namun untuk mewujudkan hal ini perlu dilakukan berbagai upaya, yakni dengan cara mendorong pelaku usaha untuk berinvestasi di sektor hilir pangan.


“Masih kecil produksinya, saat ini sagu saja 400 ribu ton. Sorgum masih kecil juga dan mocaf (tepung singkong dan ubi kayu) kira-kira baru 12-20 ribu ton,” jelasnya.

Kepala Badan Litbang Kementan, Muhammad Syakir menyebutkan sejauh ini untuk menggenjot produksi pangan lokal dilakukan di beberapa kawasan Indonesia Timur. Ini karena lokasi tersebut merupakan basis utama pertanian seperti sagu, ubi kayu, hanjeli dan shorghum.

“Potensi kita cukup besar. Kita sudah memetakan bahwa sorgum itu tumbuh baik di NTT. Dan basis utama terbesar kita punya sagu di Papua dan Maluku. Kalau ubi kayu juga sudah jalan produksinya, jadi kekuatan itu sudah ada,” ungkapnya.

Oleh karena potensi yang cukup besar hal ini mampu mendongkrak produksi pangan berbasis bahan baku lokal. Bahkan ini dinilai mampu berkontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 6,13%. Untuk menggenjot produksi pangan lokal menurut Agung adalah dengan menggunakan row material produksi lokal.

“Kita punya program yang namanya melokalkan bahan baku pangan. Nah, bahan baku tadi bisa kita lokalkan dengan bahan baku kita. Kita punya sorghum, sagu, jagung, pisang dan ubi kayu. Dengan berbagai macam tepung di 10 lokasi Indonesia tergantung ciri khasnya,” kata Agung.

Ia mencontohkan, misalkan dari NTT yang kaya akan produksi jagung maka di NTT akan dibuat industri tepung jagung sebagai bahan baku industri pangan lokal berbasis jagung.

Syakir menambahkan bahwa dirinya optimistis capaian produksi 1 jtua ton mampu dilakukan pada tahun 2019 mendatang karena produksi pangan substitusi seperti mie yang tidak lagi terbuat dari gandum sudah mulai akan digalakkan.

“Dengan produksi yang kita hasilkan bisa gantikan 10 % dari yang kita gunakan sekarang. Dari 1 juta ton kontribusi di daerah lambat laun akan naik kan ? pasti bisa. Ini yg namanya melokalkan bahan baku industri pangan,” tegasnya.

Syakir menyebut dalam memaksimalkan potensi produksi, dukungan regulasi berbentuk Peraturan Presiden untuk mewajibkan industri pangan menggunakan bahan baku lokal akan sangat berguna dalam upaya menggenjot pertanian pangan lokal.

“Kita harapkan regulasi berupa perpres mewajibkan industri pangan lokal menggunakan bahan baku lokal 10-20 % Kita susun rencana untuk membangun Indonesia berbasis bahan baku pangan lokal kita akan siapkan tahun depan,” ujar Syakir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto