Kemtan terbitkan izin impor 66.158 ton daging



JAKARTA. Kebijakan membuka impor daging sebesar-besarnya bagi swasta dan BUMN mulai terealisasi. Saat ini, Kementerian Pertanian (Kemtan) telah mengeluarkan rekomendasi impor (rekom) untuk 14 perusahaan dengan total permintaan impor sebesar 66.158,5 ton.

Rekom ini diberikan kepada perusahaan swasta untuk mengimpor daging baik itu jenis daging premium, secondary cut dan manufacturing. Dari total rekom yang sudah dikeluarkan Kemtan, porsi impor secondary cut sebanyak, 21.991 ton, disusul manufacturing 21.765 dan selebihnya adalah impor daging premium.

Impor ini diperuntukkan untuk semua kebutuhan dalam negeri baik untuk hotel, restoran dan katering, daging olahan, secondary cut dan untuk Operasi Pasar (OP).


Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kemtan Sri Mukartini mengatakan, rekom itu diberikan setelah Kemtan melakukan analisis kebutuhan daging dalam negeri dan kemampuan setiap perusahaan yang mengajukan permohonan mendapatkan rekom. "Pemberian izin impor sekarang sudah tidak pakai per kuartal lagi, tapi bisa impor sepanjang tahun," ujar Sri, Kamis (8/9).

Sri menjelaskan, sebagai syarat mengajukan impor, setiap perusahaan diwajibkan merealisasikan seluruh izin impor yang telah diajukan baru bisa mengajukan rekom lagi.

Dari 14 perusahaan yang sudah mendapatkan rekom, Sri bilang, PT Agro Boga Utama merupakan yang mendapatkan kuota terbesar yakni 11.275,7 ton. Disusul, PT Indoguna Utama sekitar 9.000 an ton dan PT Bayu Jaya Lestari Sukses sekitar 7.000 an ton. Namun Sri enggan membeberkan nama-nama perusahaan lain yang kuotanya lebih kecil.

Menurut Sri, daging impor ini akan diperuntukkan di Jabodetabek dan Jawa Barat (Jabar). Kemtan sudah memperhitungkan kebutuhan daging di wilayah ini sehingga tidak khawatir daging impor ini merembes ke pasar di luar pasar tadi, yang selama ini dikuasai daging lokal.

Apalagi ia mengakui, tidak semua masyarakat doyan daging beku karena mereka butuh waktu untuk bisa menerima keberadaan daging ini sebagai salah satu konsumsi. "Jadi keberadaan daging beku ini tidak mengalahkan posisi daging segar," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini