JAKARTA. Data pangan Kementerian Pertanian (Kemtan) diragukan oleh beberapa pengamat pertanian dan perekonomian. Bahkan, Ekonom Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri kerap melontarkan kritik tajam soal data Kemtan di beberapa forum.Kemtan kerap mengklaim peningkatan produksi pertanian sebagai indikator keberahasilan. "Nyatanya harga pangan di Indonesia masih tinggi. Logika ekonomi, kalau produksi meningkat, harga otomatis akan turun," ungkap Faisal, Jumat (17/3).Di samping itu, indeks nilai tukar kesejahteraan petani menunjukkan kecenderungan menurun. Ia meragukan validitas dan tingkat akurasi data Kemtan, terutama data produksi dan luas lahan. Pasalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri belum berani merilis data produksi pangan 2016.
Kemtan wajib reformasi data pangan
JAKARTA. Data pangan Kementerian Pertanian (Kemtan) diragukan oleh beberapa pengamat pertanian dan perekonomian. Bahkan, Ekonom Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri kerap melontarkan kritik tajam soal data Kemtan di beberapa forum.Kemtan kerap mengklaim peningkatan produksi pertanian sebagai indikator keberahasilan. "Nyatanya harga pangan di Indonesia masih tinggi. Logika ekonomi, kalau produksi meningkat, harga otomatis akan turun," ungkap Faisal, Jumat (17/3).Di samping itu, indeks nilai tukar kesejahteraan petani menunjukkan kecenderungan menurun. Ia meragukan validitas dan tingkat akurasi data Kemtan, terutama data produksi dan luas lahan. Pasalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri belum berani merilis data produksi pangan 2016.