KONTAN.CO.ID - Miliarder Ken Griffin melakukan manuver besar dalam portofolio investasinya pada kuartal III 2025. Citadel Advisors, hedge fund yang dipimpinnya dan tercatat sebagai yang paling sukses dalam sejarah berdasarkan keuntungan bersih, melepas 1,6 juta saham Amazon dan mengalihkan sebagian dana ke Palantir Technologies dengan membeli 388.000 lembar saham. Namun, penjualan Amazon tidak menandakan hilangnya kepercayaan Griffin. Saham raksasa teknologi itu tetap menjadi satu dari 10 besar portofolio Citadel. Langkah ini dinilai lebih sebagai strategi pengambilan keuntungan setelah reli panjang saham Amazon.
Amazon masih memimpin tiga sektor besar yang semuanya digerakkan kecerdasan buatan (AI): e-commerce, cloud computing, dan iklan digital.
Baca Juga: Jeff Bezos Lepas Saham Amazon Senilai Rp 88 Triliun Pekan Kemarin Perusahaan ini mengembangkan teknologi AI untuk meningkatkan penjualan dan efisiensi operasional di seluruh lini bisnis, mulai dari robot industri, layanan pelanggan, hingga asisten belanja berbasis AI bernama Rufus. AWS juga terus memperluas layanan AI dan chip komputasi yang lebih hemat biaya dibanding GPU Nvidia. Kinerja keuangan Amazon menunjukkan hasil dari investasi besarnya di bidang AI. Pendapatan kuartal III naik 13% menjadi US$180 miliar, sementara laba operasional melonjak 23% menjadi US$21,7 miliar. Analis memperkirakan pertumbuhan laba Amazon masih akan stabil di rata-rata 18% per tahun dalam tiga tahun ke depan, membuat valuasi saat ini dinilai masih wajar. Di sisi lain, Palantir menjadi magnet bagi investor selama ledakan AI. Perusahaan ini berspesialisasi dalam platform analitik data dan pengambilan keputusan berbasis machine learning untuk korporasi dan instansi pemerintah.
Baca Juga: Jeff Bezos Menjual 3,3 Juta Saham Amazon Senilai US$ 737 Juta pada Akhir Juni Forrester Research bahkan menempatkan Palantir sebagai pemimpin di pasar platform AI dan machine learning, mengungguli Google, AWS, dan Microsoft Azure. Permintaan yang meningkat untuk solusi AI mendorong pendapatan kuartal III Palantir melesat 63% menjadi US$1,1 miliar, sementara laba non-GAAP per saham lebih dari dua kali lipat menjadi US$0,21. Meski begitu, lonjakan harga saham Palantir jauh meninggalkan pertumbuhan pendapatannya. Saham perusahaan ini sekarang diperdagangkan pada valuasi ekstrem: 119 kali penjualan , tertinggi di indeks S&P 500. Bahkan jika harganya turun lebih dari 60%, Palantir masih akan menjadi saham termahal dalam indeks tersebut. Sejak Januari 2024, harga saham Palantir naik 11 kali lipat, sementara pendapatan hanya tumbuh kurang dari dua kali. Situasi itu memicu kekhawatiran koreksi ketika euforia AI mulai mereda.
Baca Juga: Saham Amazon Anjlok Akibat Pertumbuhan Komputasi Awan yang Mengecewakan Menariknya, posisi Palantir belum masuk 300 besar portofolio Citadel, yang menunjukkan bahwa pembelian Griffin masih berskala kecil jika dibandingkan investasinya di perusahaan lain. Meskipun AI terus menjadi magnet modal global, pasar mengingatkan bahwa valuasi tetap akan berbicara. Amazon tampil solid dengan fondasi bisnis kuat, sementara Palantir berada di persimpangan antara potensi pertumbuhan dan risiko koreksi akibat harga yang melambung terlalu tinggi.