JAKARTA. Komite Ekonomi Nasional (KEN) dalam laporan Prospek Ekonomi Indonesia tahun 2014 memperkirakan, tahun depan Bank Indonesia (BI) masih belum akan menurunkan suku bunga perbankan hingga akhir tahun. Hal itu disebabkan BI masih khawatir terhadap defisit transaksi berjalan. KEN menilai, untuk mengendalikan stabilitas makro ekonomi Indonesia, BI masih menerapkan bauran kebijakan, dimana bermacam faktor dipertimbangkan dan campuran kebijakan diimplementasikan. Pada tahun 2014, KEN menilai, tekanan inflasi akan lebih rendah dibandingkan tahun ini. Akan tetapi, bila dilihat kebijakan moneter yang dilakukan BI belakangan ini, "Tampaknya BI rate tidak akan diturunkan hingga kahir tahun 2014," demikian seperti dikutip dari laporan KEN yang dipaparkan pada acara outlook economic di Hotel Sultan, Selasa (3/12). Menurut pengamatan KEN, saat ini, BI lebih khawatir terhadap defisit transaksi berjalan, bukan terhadap inflasi, bukan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan bukan terhadap angka pengangguran. BI masih memegang teguh pandangan bahwa satu-satunya cara menjaga stabilitas ekonomi adalah menurunkan defisit transaksi berjalan. Sementar, KEN menilai, defisit transaksi berjalan belum akan hilang dalam waktu singkat, karena ekonomi Indonesia masih menarik bagi sebagian investor asing. Ketika investor asing melakukan investasi dalam negeri, mereka akan mengimpor barang modal dan bahan baku untuk memulai aktivitas produksinya. Dengan kata lain, KEN berpendapat, impor masih tetap kuat, dan neraca perdagangan akan terus tertekan. Maka defisit transaksi berjalan berpeluang terus terjadi selama ekonomi Indonesia masih ekspansi dengan baik dan selama investor masih tertarik menanamkan modal di Indonesia. Dengan pertimbangan di atas, maka BI dinilai masih akan mempertahankan BI rate pada level 7,5% hingga akhir tahun 2014.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
KEN: Tahun depan BI rate diprediksi tidak naik
JAKARTA. Komite Ekonomi Nasional (KEN) dalam laporan Prospek Ekonomi Indonesia tahun 2014 memperkirakan, tahun depan Bank Indonesia (BI) masih belum akan menurunkan suku bunga perbankan hingga akhir tahun. Hal itu disebabkan BI masih khawatir terhadap defisit transaksi berjalan. KEN menilai, untuk mengendalikan stabilitas makro ekonomi Indonesia, BI masih menerapkan bauran kebijakan, dimana bermacam faktor dipertimbangkan dan campuran kebijakan diimplementasikan. Pada tahun 2014, KEN menilai, tekanan inflasi akan lebih rendah dibandingkan tahun ini. Akan tetapi, bila dilihat kebijakan moneter yang dilakukan BI belakangan ini, "Tampaknya BI rate tidak akan diturunkan hingga kahir tahun 2014," demikian seperti dikutip dari laporan KEN yang dipaparkan pada acara outlook economic di Hotel Sultan, Selasa (3/12). Menurut pengamatan KEN, saat ini, BI lebih khawatir terhadap defisit transaksi berjalan, bukan terhadap inflasi, bukan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan bukan terhadap angka pengangguran. BI masih memegang teguh pandangan bahwa satu-satunya cara menjaga stabilitas ekonomi adalah menurunkan defisit transaksi berjalan. Sementar, KEN menilai, defisit transaksi berjalan belum akan hilang dalam waktu singkat, karena ekonomi Indonesia masih menarik bagi sebagian investor asing. Ketika investor asing melakukan investasi dalam negeri, mereka akan mengimpor barang modal dan bahan baku untuk memulai aktivitas produksinya. Dengan kata lain, KEN berpendapat, impor masih tetap kuat, dan neraca perdagangan akan terus tertekan. Maka defisit transaksi berjalan berpeluang terus terjadi selama ekonomi Indonesia masih ekspansi dengan baik dan selama investor masih tertarik menanamkan modal di Indonesia. Dengan pertimbangan di atas, maka BI dinilai masih akan mempertahankan BI rate pada level 7,5% hingga akhir tahun 2014.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News