Kena PHK, karyawan Binladin mengamuk bakar 7 bus



RIYADH. Karyawan perusahaan raksasa konstruksi Saudi Binladin Group mengamuk. Mereka membakar lebih dari tujuh bus sebagai protes atas kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) sejumlah karyawan dan gaji yang tertunda selama beberapa bulan tidak akan dibayarkan.

Juru bicara Pertahanan Sipil Mekah Mayor Nayef al-Sharif, mengatakan Sabtu malam bahwa pemadam kebakaran telah memadamkan api tersebut tanpa menimbulkan  korban cedera.

Karyawan melancarkan protes yang jarang terjadi di kerajaan itu dalam beberapa pekan ini, dan sebagian mengatakan mereka belum menerima gaji selama 6 bulan. 


Serangan terhadap bus perusahaan itu terjadi sehari setelah surat kabar Saudi Al-Watan mengutip sumber yang tidak disebut namanya mengatakan perusahaan yang kesulitan uang itu telah memberhentikan 50 ribu karyawan asing dan mengeluarkan visa exit kepada mereka.

Sementara itu, Saudi Binladin Group mengatakan pekerja yang dipecat akan menerima kompensasi penuh. Sekaligus menegaskan PHK ini sifatnya rutin di tengah perlambatan industri konstruksi.

"Menyesuaikan ukuran tenaga kerja kami adalah rutinitas yang normal, terutama setiap kali proyek selesai atau hampir selesai," perusahaan konstruksi terbesar di Arab Saudi mengatakan dalam sebuah respons e-mail untuk pertanyaan Senin.

Sebelumnya, Pemerintah Saudi mulai menunda pembayaran kepada kontraktor tahun lalu untuk mencegah defisit anggaran dari melebihi US$ 100 miliar setelah kemerosotan harga minyak.

Deputi Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengatakan kepada Bloomberg News dalam sebuah wawancara di bulan Maret bahwa pihak berwenang telah mulai kembali membayar perusahaan.

Binladin Group telah mem-PHK 77.000 pekerja asing dan mengeluarkan visa exit bagi mereka untuk meninggalkan negara itu, surat kabar Al-Watan melaporkan pada hari Senin, mengutip seorang pejabat perusahaan itu. Dan berencana akan kembali memecat 12.000 dari 17.000 karyawan Saudi, kata surat kabar itu.

Pertumbuhan ekonomi Arab Saudi sedang melambat dampak menurunnya pendapatan dari ekspor minyak. Produk domestik bruto (PDB) kemungkinan akan memperluas 1,5 % tahun ini, laju paling lambat sejak krisis keuangan global, menurut survei Bloomberg terhadap para ekonom.

Editor: Yudho Winarto