Kenaikan Anggaran Infrastruktur Bisa Jadi Sentimen Positif untuk Emiten Semen



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan anggaran infrastruktur untuk tahun 2024 dinilai akan menjadi sentimen positif untuk kinerja emiten produsen semen di semester II 2023.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, pemerintah mengalokasikan Rp 422,7 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024 untuk sektor infrastruktur.

Jumlah tersebut naik dibandingkan dengan anggaran infrastruktur pada APBN 2023 sebesar Rp 392 triliun. Di sisi lain, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) masih dalam level yang tetap, yakni 5,75%. 


Baca Juga: Emiten Semen Sambut Baik Kenaikan Anggaran Infrastruktur Tahun 2024

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, mengatakan, dampak sentimen tersebut di semester II 2023 positif untuk pergerakan harga saham emiten semen.

Hal tersebut juga ditambah estimasi kinerja di semester II 2023 yang lebih baik. Sebab, kata Sukarno, secara histori dalam 3 tahun terakhir, semeter II kinerjanya selalu lebih baik dibandingkan semester I.

“Harga batubara juga tidak setinggi periode tahun lalu, sehingga akan memaksimalkan kinerjanya meskipun kelebihan pasokan tetap terjadi,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (3/9).

Menurut Sukarno, sentimen pemberat kinerja industri semen masih seputar oversupply. Namun, dampak ke kinerjanya bisa teratasi seiring potensi kenaikan penjualan di semester II.

Baca Juga: Ada Sentimen Positif, Simak Rekomendasi Analis Untuk Saham INTP dan SMGR

Sementara, untuk kinerja industri semen dari kinerja properti tergantung permintaan dan kondisi suku bunga yang bisa mempengaruhi permintaan.

“Tapi, proyeksi penjualan semen yang di semester II lebih dipengaruhi kejar target proyek infrastruktur sebelum periode pemerintahan selesai,” ungkapnya.

 
SMGR Chart by TradingView

Sukarno melihat, prospek kinerja emiten produsen semen berpeluang tumbuh seiring permintaan yang lebih baik baik di semester II, seperti pembangunan IKN.

Selain itu, potensi pasar ekspor yang berpeluang tumbuh sebagai solusi mengurangi kondisi oversupply. “Kemudian, proyeksi kondisi suku bunga lebih rendah dan kondisi harga batubara sudah turun, sehingga kinerjanya dapat tumbuh lebih tinggi,” tuturnya. 

Sukarno pun merekomendasikan trading buy untuk SMGR dan INTP dengan target harga Rp 7.225 dan Rp 11.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli