Kenaikan beban pencadangan intai laba perbankan



JAKARTA. Sejumlah bank mulai merilis kinerja keuangan tahun 2015. Di jajaran bank besar, Bank Negara Indonesia (BNI) yang mengawali pemaparan kinerjanya.

Nasib bank berlogo 46 ini kurang mujur di tahun lalu karena mencatat penurunan laba. BNI membukukan laba bersih sebesar Rp 9,1 triliun di sepanjang 2015, turun 15,9% ketimbang tahun 2014.

Ahmad Baiquni, Direktur Utama BNI mengatakan, perolehan laba bersih menyusut karena cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) BNI meningkat 101,4% menjadi Rp 7,3 triliun.


Kenaikan dana cadangan ini imbas dari kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL). "BNI meningkatkan CKPN hingga coverage ratio naik ke 140,4% dari 130,1% di tahun lalu. Namun, laba sebelum pencadangan naik 10,4% menjadi Rp 18,7 triliun," ujar Baiquni, Senin (25/1).

Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, BNI masih sanggup membukukan pertumbuhan bisnis inti bank. Kredit BNI naik 17,5% menjadi Rp 326,1 triliun.  Pencapaian tersebut lebih tinggi ketimbang proyeksi pertumbuhan kredit industri perbankan yang sekitar 11%-13% pada 2015. Margin bunga bersih (NIM) pun naik tipis ke level 6,4%.

Nasib lebih baik diraih Bank Maybank Indonesia. Bank yang dulu bernama Bank Internasional Indonesia   (BII) ini mencatatkan kenaikan laba di atas 50% di 2015. Meski belum merilis data resmi, Maybank telah membukukan pertumbuhan laba 55,6% menjadi Rp 375 miliar per November 2015.

Direktur Keuangan Maybank Indonesia Thilagavathy Nadason menyatakan, pertumbuhan laba tertolong kenaikan kredit ritel dan business banking yang naik di atas rata rata industri. Selain itu, Maybank menjaga porsi pendapatan komisi sebesar 25%-28% dari total pendapatan.

Direktur Utama Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengklaim, pertumbuhan kredit mencapai 11% di sepanjang 2015. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit.

Kinerja Bank QNB Indonesia pun tumbuh positif di tahun lalu. Laba Bank QNB mencapai Rp 156,04 miliar, naik 28,41% secara tahunan.

Manajemen QNB menyatakan, kenaikan laba didorong pendapatan bunga yang naik 67,21% dari Rp 1,22 triliun menjadi Rp 2,04 triliun. Ini sejalan dengan pertumbuhan kredit yang naik 37,77% menjadi Rp 20,79 triliun.

Lebih optimistis

Usai melewati tantangan di 2015, Maybank menargetkan pertumbuhan kredit 11%-12% di 2016. Sedangkan DPK dipatok tumbuh lebih tinggi 100 basis poin-200 basis poin dari pertumbuhan kredit.

Sedangkan BNI berambisi memacu laba positif di tahun ini. "Dengan ekspansi kredit dan CKPN yang terjaga, laba BNI dapat tumbuh doble digit," kata Baiquni. BNI membidik pertumbuhan kredit 16%-18% di 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan