Kenaikan Beruntun Wall Street Terhenti, Indeks S&P 500 Ambles 1,1%



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ambles dengan tiga indeks utama ditutup koreksi dan menghentikan penguatan yang sudah terjadi dua hari berturut-turut. Sentimen yang menyeret bursa saham Amerika Serikat (AS) ini datang setelah imbal hasil US Treasury melesat di atas 3% dan harga minyak ikut melonjak.

Rabu (8/6), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,81% menjadi 32.910,9, S&P 500 anjlok 1,08% ke 4.115,77 dan Nasdaq Composite tergelincir 0,73% ke 12.086,27.

Pada sesi ini, saham Intel Corp anjlok 5,3% setelah Citi memangkas estimasi untuk produsen chip tersebut untuk kedua kalinya dalam seminggu.


Citi menunjuk ketidakpastian tentang permintaan komputer pribadi dan memperkirakan Intel dapat mengumumkan pendapatan yang lebih lemah dari perkiraan untuk kuartal kedua. Ini juga membuatĀ  saham perusahaan chip lainnya juga turun.

Baca Juga: Wall Street Turun Sambil Menunggu Indikasi Inflasi

Di sisi lain, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2022 melonjak naik di atas US$ 123 per barel dan mencapai level tertinggi dalam 13 minggu.

Alhasil, rata-rata saham sektor transportasi pada indeks Dow Jones turun 3,8%, yang secara signifikan mengungguli indeks utama lainnya pada hari itu. Sektor energi pada indeks S&P 500 adalah satu-satunya sektor yang berakhir lebih tinggi.

"Hasil Treasury 10-tahun naik lebih dari 3%. Itu mungkin bagian dari mengapa kita melihat penurunan di pasar hari ini," kata Robert Pavlik, Senior Portfolio Manager Dakota Wealth di Fairfield, Connecticut.

"Tingkat itulah yang menjadi fokus orang karena mewakili peningkatan suku bunga dan cerminan dari inflasi dan volatilitas pasar."

Yield US Treasury tenor acuan 10-tahun naik setelah Departemen Keuangan AS melihat permintaan yang tinggi untuk penjualan surat utang 10 tahun.

Baca Juga: Prospek Ekonomi Global Melesu

Di saat yang sama, investor juga berhati-hati menjelang data harga konsumen AS yang dirilis pada Jumat (10/6) pagi. Laporan tersebut diharapkan menunjukkan bahwa inflasi tetap tinggi di bulan Mei, meskipun harga konsumen inti - yang mengecualikan sektor makanan dan energi yang bergejolak - kemungkinan turun secara tahunan.

Federal Reserve AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada setiap pertemuan bulan Juni dan Juli, dengan langkah serupa juga kemungkinan terjadi pada bulan September, dalam upaya memerangi inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari