JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akhirnya menaikkan kembali BI rate untuk yang keempat kalinya di tahun 2013. Setelah melakukan rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada hari Kamis (12/9) diputuskan BI rate naik lagi sebesar 25 basis point (bps) menjadi 7,25%. Terkait kenaikan BI rate tersebut, Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) A. Prasetyantoko mengatakan, langkah bank sentral tersebut akan semakin menekan pertumbuhan ekonomi di tahun 2013. Hal ini sejalan dengan tujuan Pemerintah yang ingin menekan pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi konsumsi masyarakat, yang pada akhirnya akan mengurangi jumlah impor. Prasetyantoko memperkirakan, dengan kenaikan BI rate sebesar 25 bps akan membuat tingkat pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 berada di kisaran 5,6%-5,8%, lebih rendah dari proyeksi yang dibuat Pemerintah di level 5,9%. "Dengan naiknya BI rate, maka bunga kredit akan ikut terkerek. Ini yang akan membuat konsumsi masyarakat turun," kata Prasetyantoko kepada KONTAN, Kamis (12/9). Praestyantoko melihat, kenaikan BI rate ini lebih bertujuan untuk menekan depresiasi rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat.
Kenaikan BI rate akan menekan pertumbuhan ekonomi
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akhirnya menaikkan kembali BI rate untuk yang keempat kalinya di tahun 2013. Setelah melakukan rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada hari Kamis (12/9) diputuskan BI rate naik lagi sebesar 25 basis point (bps) menjadi 7,25%. Terkait kenaikan BI rate tersebut, Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) A. Prasetyantoko mengatakan, langkah bank sentral tersebut akan semakin menekan pertumbuhan ekonomi di tahun 2013. Hal ini sejalan dengan tujuan Pemerintah yang ingin menekan pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi konsumsi masyarakat, yang pada akhirnya akan mengurangi jumlah impor. Prasetyantoko memperkirakan, dengan kenaikan BI rate sebesar 25 bps akan membuat tingkat pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 berada di kisaran 5,6%-5,8%, lebih rendah dari proyeksi yang dibuat Pemerintah di level 5,9%. "Dengan naiknya BI rate, maka bunga kredit akan ikut terkerek. Ini yang akan membuat konsumsi masyarakat turun," kata Prasetyantoko kepada KONTAN, Kamis (12/9). Praestyantoko melihat, kenaikan BI rate ini lebih bertujuan untuk menekan depresiasi rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat.