JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan menggelar lelang Sertifikat BI (SBI) pada Kamis (10/2). Ini merupakan lelang pertama setelah bank sentral menaikkan suku bunga acuan atau BI rate sebesar 0,25% menjadi 6,75%.Sejumlah kalangan menilai, kenaikan bunga acuan akan memengaruhi tingkat imbal hasil atau yield SBI. Kepala Tresuri Bank Central Asia (BCA) Branko Windoe memprediksi, yield SBI akan naik mengikuti pergerakan BI rate menjadi 6,75%-7% untuk SBI bertenor sembilan bulan.Menurut Brankoe, BI hanya akan melelang SBI bertenor sembilan bulan. "Bulan lalu waktu lelang, SBI sembilan bulan yieldnya 6,5%, pada lelang besok akan naik. Tetapi tergantung BI yang akan mengakomodasi nanti," kata Branko, kemarin (8/2). Prediksi ini dengan memperhatikan kondisi perkembangan lelang SBI di pasar sekunder yang juga mengalami kenaikan yield.Hal ini terjadi pada lelang SBI bertenor enam bulan, yang yield-nya melejit di kisaran 6,35%, ketimbang saat lelang perdana BI bulan lalu sekitar 6,08%. "Itu trade hari ini (kemarin)," cetusnya.Namun, menurut Branko permintaan lelang SBI akan menurun ketimbang bulan sebelumnya. Pasalnya, investor cenderung memilih menempatkan dana mereka di instrumen jangka pendek, karena mempertimbangkan kondisi suku bunga yang diperkirakan masih fluktuatif.Ekonom Paul Sutaryono mengatakan hal senada. Menurutnya, yield SBI juga akan mengikuti kenaikan BI rate. "Yield akan naik, tetapi tidak begitu signifikan. Ini akan membuat beban neraca BI menjadi naik," katanya. Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI Difi A. Johansyah mengatakan, pihaknya akan melelang SBI jangka panjang bertenor enam bulan dan sembilan bulan. Lelang SBI ini akan memperhatikan masih tingginya permintaan investor di pasar sekunder. Difi menolak berkomentar soal kisaran imbal hasil SBI. "Untuk yield dan pagu indikatif kami belum bisa berkomentar, nanti tergantung respons bank. Kami tetap akan memperhatikan supply di market," ujar Difi.
Kenaikan BI rate bisa mengerek imbal hasil SBI
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan menggelar lelang Sertifikat BI (SBI) pada Kamis (10/2). Ini merupakan lelang pertama setelah bank sentral menaikkan suku bunga acuan atau BI rate sebesar 0,25% menjadi 6,75%.Sejumlah kalangan menilai, kenaikan bunga acuan akan memengaruhi tingkat imbal hasil atau yield SBI. Kepala Tresuri Bank Central Asia (BCA) Branko Windoe memprediksi, yield SBI akan naik mengikuti pergerakan BI rate menjadi 6,75%-7% untuk SBI bertenor sembilan bulan.Menurut Brankoe, BI hanya akan melelang SBI bertenor sembilan bulan. "Bulan lalu waktu lelang, SBI sembilan bulan yieldnya 6,5%, pada lelang besok akan naik. Tetapi tergantung BI yang akan mengakomodasi nanti," kata Branko, kemarin (8/2). Prediksi ini dengan memperhatikan kondisi perkembangan lelang SBI di pasar sekunder yang juga mengalami kenaikan yield.Hal ini terjadi pada lelang SBI bertenor enam bulan, yang yield-nya melejit di kisaran 6,35%, ketimbang saat lelang perdana BI bulan lalu sekitar 6,08%. "Itu trade hari ini (kemarin)," cetusnya.Namun, menurut Branko permintaan lelang SBI akan menurun ketimbang bulan sebelumnya. Pasalnya, investor cenderung memilih menempatkan dana mereka di instrumen jangka pendek, karena mempertimbangkan kondisi suku bunga yang diperkirakan masih fluktuatif.Ekonom Paul Sutaryono mengatakan hal senada. Menurutnya, yield SBI juga akan mengikuti kenaikan BI rate. "Yield akan naik, tetapi tidak begitu signifikan. Ini akan membuat beban neraca BI menjadi naik," katanya. Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI Difi A. Johansyah mengatakan, pihaknya akan melelang SBI jangka panjang bertenor enam bulan dan sembilan bulan. Lelang SBI ini akan memperhatikan masih tingginya permintaan investor di pasar sekunder. Difi menolak berkomentar soal kisaran imbal hasil SBI. "Untuk yield dan pagu indikatif kami belum bisa berkomentar, nanti tergantung respons bank. Kami tetap akan memperhatikan supply di market," ujar Difi.