Kenaikan BI rate tergantung kebijakan ekonomi AS



JAKARTA. Kondisi ekonomi domestik maupun regional membuat bank sentral harus menstabilkan kondisi dengan melakukan penyesuaian tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI rate. Kepala Ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti memandang kemungkinan tidak ada kenaikan BI rate pada Rapat Dewan Gubernur BI minggu depan. "Tapi memang ke depan ini kita juga mesti lihat karena pengaruh global. Tapering (pengurangan stimulus oleh The Fed) ini kan 10 miliar dollar AS. Tapi kalau ekonomi AS terus menunjukkan perbaikan bisa saja tiba-tiba bulan-bulan berikutnya dia (The Fed) langsung cut 20 atau 30 miliar dollar AS," ujarnya Kamis (6/2/2014). Bila kondisi ini terjadi, Destry menilai akan terjadi sentimen pasar dan mendorong kenaikan bond yield. Kondisi ini harus diwaspadai. Bila memang benar terjadi, maka BI harus melakukan penyesuaian atas BI rate. "Tapi kalau saya sih melihat maksimum dengan kondisi seperti ini 25 basis poin saja lah. Selebihnya masuk saja ke makroprudensial, pakai instrumen membuat financial deepening," jelasnya. BI secara bertahap menaikkan BI rate sebanyak 175 basis poin dalam kurun waktu antara bulan Juni hingga November 2013. BI rate terakhir ditahan pada level 7,5 persen pada bulan Desember 2013 dan BI tak menaikkan BI rate pada bulan Januari lalu. Alasan BI menaikkan BI rate adalah merespon kondisi domestik dan global yang berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Beberapa isu yang melatarbelakangi keputusan BI tersebut antara lain defisit neraca transaksi berjalan dan angka inflasi. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan