Kenaikan biaya dana perbankan diprediksi belum akan berhenti di tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki awal tahun 2019, biaya dana alias cost of fund (CoF) perbankan diprediksi masih akan meningkat. Hal ini terutama akrena masih dilakukannya penyesuaian bunga deposito pasca kenaikan bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 days reverse repo rate di tahun lalu.

Survei Perbankan BI menyebutkan pada triwulan I 2019 rata-rata CoF dalam Rupiah masih akan meningkat sebanyak 5 basis poin (bps) menjadi 5,93%. Pun, bila merujuk pada data di tahun 2018 lalu, sejak triwulan II 2018 biaya dana perbankan terus naik.

Tercatat per triwulan II rata-rata CoF perbankan ada di level 5,51%. Posisi ini kemudian kembali naik sebanyak 16 bps di triwulan II 2018 menjadi 5,67% lalu di triwulan IV kembali terangkat menjadi 5,88% atau naik 21 bps.


Bahkan sampai dengan akhir tahun 2019 nanti, biaya dana diramal masih akan bergerak naik hingga ke level puncak di angka 5,98%.

Sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id pun tengah berupaya untuk menekan laju biaya dana. Sebabnya, bila biaya dana semakin tinggi maka perbankan harus menaikkan suku bunga kredit guna menjaga margin.

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) misalnya menyebut sejauh ini pihaknya sudah berhasil menekan laju biaya dana. Tercatat, sampai dengan akhir 2018 lalu posisi CoF perseroan turun ke level 3,16%, terendah sepanjang tahun 2018. Meski begitu, bila dibandingkan dengan posisi per akhir tahun 2017 praktis biaya dana Bank Jatim bergerak naik sebanyak 72 bps.

Adapun, tingginya kenaikan CoF di Bank Jatim lebih disebabkan masuknya dana Pemerintah Daerah (Pemda) Jatim ke sisi dana pihak ketiga (DPK). Bila mengesampingkan dana tersebut, maka per Desember 2018 CoF perseroan ada di level 2,77%.

"Biaya dana tertinggi terjadi di bulan September 2018, per Desember cenderung membaik," ujar Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Satyagraha, Kamis (17/1).

Untuk tahun ini, Ferdian mengatakan pihaknya hanya berencana untuk menjaga biaya dana di level stabil yaitu 3,15% pada Desember 2019. Strateginya antara lain dengan melakukan peningkatan dana murah terutama tabungan.

Langkah ini juga sudah diantisipasi sejak pertengahan tahun lalu. Bank berkode emiten BJTM ini menyebutkan rasio tabungan terhadap DPK sudah beranjak naik menjadi 37,5% di bulan Desember 2018 dari periode September 2018 yang hanya di kisaran 30,7%.

Sementara rasio dana mahal alias deposito sudah dikurangi dari 30,11% per akhir 2017 menjadi tersisa 24,59% di Desember 2018. "Biaya dana di Bank Jatim relatif stabil, di Desember 2019 kami proyeksi juga di level 3,15%," terangnya.

Sementara itu, PT Bank BRI Agroniaga Tbk mengakui kalau biaya dana perseroan saat ini terbilang cukup tinggi. Direktur Utama BRI Agro Noorsanto mengatakan per akhir Desember 2018 CoF BRI Agro ada di kisaran 6,75%. 

Pihaknya mengakui, tingginya CoF tersebut dikarenakan rasio deposito terhadap DPK perseroan sangat tinggi yakni mencaai 80%. "Proporsi dana depositonya di kisaran 80%, ini untuk mendukung ekspansi kredit yang cukup tinggi," terangnya.

Anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) ini pun menargetkan setidaknya di kuartal pertama 2019 ini CoF mampu diturunkan ke level 6,5% sampai 6,6% maksimal.

Serupa dengan Bank jatim, pihaknya berharap untuk mendongkrak rasio CASA agar lebih tinggi. Antara lain melalui penguasaan transaksi dari nasabah-nasabah besar perusahaan alias mitra BRI Agro. "Sekarang (rasio CASA) masih 15%-16% harapannya tahun ini bisa 20%," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi