Kenaikan Biaya Menghambat Keuntungan Ather



KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Pembuat skuter listrik asal India, Ather Energy menilai lonjakan biaya bahan baku dan gangguan rantai pasokan menunda jalan perusahaan menuju keuntungan meskipun permintaan tinggi untuk kendaraannya.

Produsen kendaraan listrik secara global telah melihat lonjakan permintaan karena semakin banyak orang beralih ke transportasi yang lebih bersih, tetapi kenaikan tajam harga komoditas dan gangguan rantai pasokan yang parah telah memperlambat pertumbuhan mereka.

“Ather telah menyaksikan tambahan beberapa ratus dolar dalam biaya material karena harga komoditas yang lebih kuat, beberapa di antaranya telah diteruskan ke pelanggan. Saya berharap untuk mencapai titik impas tahun ini sendiri,” kata Chief Executive dan Co-founder Tarun Mehta, dikuti dari Reuters, Rabu (20/7).


Mehta menambahkan volume produksi perusahaan juga telah dibatasi oleh kekurangan chip dan tantangan dalam pengadaan sel lithium-ion untuk baterai, diperburuk oleh penguncian Covid-19 di China dan gangguan logistik.

Baca Juga: The Fed Kerek Suku Bunga, China dan Jepang Terus Kurangi Kepemilikan Surat Utang AS

Didukung oleh dana ekuitas swasta Tiger Global dan pembuat sepeda terbesar India Hero MotoCorp, Ather menjual lebih dari 3.200 skuter listrik pada bulan Juni. Ini tertinggal dari saingannya Ola Electric, yang didukung oleh Softbank Group Jepang dan Hero Electric.

Perusahaan berencana untuk meningkatkan produksi hingga 10.000 unit per bulan pada akhir tahun dan akan sepenuhnya memanfaatkan kapasitas produksi tahunan sebesar 400.000 unit pada akhir tahun 2023.

Sebagai informasi, penjualan skuter listrik telah melonjak lebih dari lima kali lipat di India tahun lalu, karena harga bahan bakar yang tinggi mendorong pembeli untuk mencari alternatif dan subsidi pemerintah mempersempit kesenjangan harga antara model listrik dan bensin.

Namun, model listrik hanya menyumbang 1% dari total penjualan sepeda motor dan skuter India sebesar 14,5 juta pada tahun 2021. Pemerintah menargetkan ini mencapai 40% pada tahun 2030.

Mehta mengharapkan industri untuk tumbuh pesat meskipun serentetan kebakaran e-skuter baru-baru ini di negara itu, yang memicu masalah keamanan, mendorong penyelidikan federal dan telah menurunkan permintaan untuk kendaraan tersebut.

Editor: Tendi Mahadi