MOMSMONEY.ID - Rupiah berbalik arah menguat terhadap dollar AS. Penguatan mata uang Garuda cukup tajam di tengah pelemahan indeks dollar. Mengutip Bloomberg, Jumat (7/6), rupiah di pasar spot menguat 67,50 poin atau 0,42% dibandingkan kemarin menjadi Rp 16.195 per dollar. Ibrahim Assuaibi, analis pasar forex dan Direktur Laba Forexindo Berjangka, mengatakan, di eksternal sentimen terhadap aset-aset berbasis risiko membaik minggu ini menyusul penurunan suku bunga Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Kanada.
Sedangkan, mata uang berjuluk
greenback terpukul oleh lemahnya data perekonomian, terutama sektor tenaga kerja AS. Data tersebut meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan lebih percaya diri untuk memangkas suku bunga pada tahun ini. Pedagang terlihat secara tajam meningkatkan taruhan mereka untuk pemotongan suku bunga 25 basis poin pada September. Data tenaga kerja yang lemah juga muncul menjelang data
non-farm payrolls yang akan dirilis di AS pada hari ini. Data ini akan menawarkan isyarat yang lebih pasti mengenai kondisi pasar tenaga kerja dan suku bunga The Fed. The Fed juga akan mengadakan pertemuan pada pekan depan, yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil. Di Asia, rilis data perdagangan China bulan Mei di luar dugaan membaik. Ekspor tumbuh lebih besar dari perkiraan, didukung kuatnya produksi industri dan permintaan luar negeri. Hal ini menyebabkan neraca perdagangan negara tersebut surplus yang lebih besar dari perkiraan.
Baca Juga: Cadangan Devisa Indonesia pada Mei 2024 Meningkat Dipicu Penerbitan Global Bond Namun, pertumbuhan impor China jauh lebih lambat dari perkiraan. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan lokal masih lemah karena perekonomian secara luas bergulat dengan pemulihan ekonomi yang tidak merata. Di internal, cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei naik menjadi US$ 139 miliar atau setara Rp 2.254,8 triliun dari sebelumnya US$ 136,2 miliar. Perkembangan cadangan devisa dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penerbitan global bond pemerintah. Posisi cadangan devisa pada Mei 2024 setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Di sisi lain, permintaan dollar AS memasuki musim haji cenderung meningkat untuk pembayaran kegiatan Haji. Ini berpotensi menggerus potensi kenaikan dari cadangan devisa. Selain itu, permintaan dollar AS untuk pembagian dividen dan kupon kepada non-residen, serta pembayaran pokok utang turut berpotensi menggerus cadangan devisa. Bank Indonesia memandang cadangan devisa ke depan akan tetap memadai, didukung stabilitas dan prospek ekonomi nasional yang terjaga. Ekspektasi ini juga seiring dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh BI dan pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ibrahim memperkirakan, pada perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun berpotensi ditutup menguat di rentang Rp 16.140 sampai Rp 16.230 per dollar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini